ILUNI MM FEB UI, CEO Talks: “Oil and Gas Industries, The Challenge and Opportunity During and Beyond Crisis”

0

ILUNI MM FEB UI, CEO Talks: “Oil and Gas Industries, The Challenge and Opportunity During and Beyond Crisis”

Hana Fajria – Humas FEB UI

Depok – (19/08/2020) ILUNI Magister Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, mengadakan CEO Talks ke 17 berbasis webinar, pada Rabu (19/8/2020) dengan topik Oil and Gas Industries, The Challenge and Opportunity During and Beyond Crisis”

Narasumber pada CEO talks ini adalah Moektianto Soeryowibowo, M.Sc, Head of Country BP Indonesia, Dian Andyasuri, MBA, President Director, Country Chair Shell Indonesia, dengan Keynote speech oleh Dr. Dwi Soetjipto Kepala SKK Migas, dan moderator Marius Gumono, MM (Pengamat Energi, Alumni MM FEB UI).

Arief Wibowo, Ketua MM Iluni membuka acara webinar, dilanjutkan keynote speech oleh Kepala SKK Migas, Dwi Soetjipto. Penurunan harga minyak dunia, membuat Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) harus  melakukan efisiensi ketat, dengan menekan biaya produksi agar tetap dapat  beroperasi untuk menjaga ketahanan energi nasional dan mencapai target penerimaan negara, demikian Dwi memaparkan peluang dan tantangan industri hulu migas. Ia juga menjelaskan upaya penanggulangan dampak Covid-19 dan Low Oil Price melalui koordinasi dengan KKKS dan meninjau ulang rencana Kerja 2020. Kedua, melakukan comprehensive assessment  terhadap opsi-opsi harga minyak, untuk memperhitungkan keekonomian lapangan, ketiga, mengevaluasi kembali penundaan Planned Shutdown, serta keempat, berkoordinasi dengan Stakeholders terkait pengecualian mobilisasi barang dan personel selama masa Pandemi Covid-19 untuk industri hulu migas (Menkumham, Menlu, Pemda serta Menhub). Kelima, mengajukan kepada MESDM usulan pemberian paket stimulus kepada KKKS. Keenam, meminta KKKS untuk melakukan negoisasi ulang kontrak dalam rangka efisiensi biaya, serta ketujuh, memaksimalkan tangki dan kapal untuk penyimpanan sementara, dan terakhir mengupayakan tidak terjadi PHK di Industri Hulu Migas, demikian  Dwi.

Adapun upaya stimulus dalam menghadapi Covid dan harga minyak yang rendah, diantaranya, penundaan pencadangan biaya ASR, adanya tax holiday untuk pajak penghasilan berupa pembebasan Branch Profit Tax (BPT) apabila ditanamkan kembali di Indonesia, pembebasan PPN LNG melalui penerbitan revisi PP 81, untuk Barang Milik Negara (BMN) Hulu Migas tidak dikenakan biaya sewa, menghapuskan biaya pemanfaatan kilang LNG badak sebesar $0,22/mmbtu, pengurangan pajak tidak langsung serta Pembebasan Bea Masuk / BM dan Pajak Dalam Rangka Impor / PDRI untuk WK Eksploitasi (PP 27 Tahun 2017) dan WK Setelah produksi komersial (Gross Split). Gas dapat dijual dengan harga discount untuk volume antara TOP dan DCQ, dengan pertimbangan keekonomian, memberikan insentif (untuk batas waktu tertentu) seperti depresiasi dipercepat, perubahan split sementara (misalnya sliding scale), dan  Domestic Market Obligation (DMO) full price. Dukungan dari kementrian yang membina industri pendukung hulu migas diperlukan terhadap pembebasan pajak bagi usaha penunjang kegiatan hulu migas.

Tantangan pada kondisi saat ini dibutuhkan RUU Cipta Kerja dan RUU Migas agar menghasilkan kepastian hukum, keterbukaan data, fleksibelitas sistem fiscal, tax bersaing dan insentif dan penalty.

Dian Andyasuri sebagai narasumber pertama, menjelaskan keterlibatan Shell dalam industri hilir minyak dan gas, sejalan dengan aspirasi Pemerintah Indonesia, untuk lebih mempromosikan ‘hilirisasi’ industri energi. Menurutnya akses ke pasokan yang kompetitif dan formula harga yang berkelanjutan yang memungkinkan investor untuk berinvestasi kembali ke dalam bisnis, dengan tetap fokus menjaga keselamatan pelanggan dan karyawan.

Untuk industri hilir migas, transisi energi juga berarti membantu pelanggan untuk dekarbonisasi. Mempersiapkan transisi energi akan membutuhkan kerja sama dengan koalisi Pemerintah yang luas, pelaku industri dan pihak lain, sektor demi sektor, untuk mengidentifikasi dan memungkinkan jalur dekarbonisasi untuk setiap sektor di Indonesia.

“Saat ini terdapat peluang kerjasama yang lebih erat antara pemerintah dan sektor swasta di Indonesia, memantapkan fondasi bagi ekosistem ekonomi yang lebih kuat, kompetitif dan lebih berkelanjutan, yang akan lebih tangguh dan siap menghadapi pandemic, Industri 4.0 pasca Covid19, termasuk di sektor hilir migas,” tutup Dian.

Moektianto Soeryowibowo, M.Sc sebagai narasumber kedua, menyampaikan mengenai strategi mengurangi anggaran eksplorasi, meningkatkan efisiensi, fokus pada produksi, dan investasi selektif. Keinginan akan energi bersih merupakan tantangan baru yang kuat bagi minyak & gas.  (hjtp)