PEBS FEB UI dan BPDPKS Gelar Webinar Monitoring Santripreneur

0

PEBS FEB UI dan BPDPKS Gelar Webinar Monitoring Santripreneur

 

DEPOK – (7/11/2020) Pusat Ekonomi dan Bisnis Syariah (PEBS) FEB UI bekerjasama dengan Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS), mengadakan Webinar Pembukaan Kegiatan Monitoring Santripreneur, pada Sabtu (7/11/2020). Acara ini merupakan rangkaian kegiatan “Pengembangan Potensi Santripreneur Berbasis UKMK Sawit sebagai Program Pemberdayaan Ekonomi Daerah.” Mereka yang ikut sebelumnya telah melalui tahapan assessment, launching, dan bootcamp di tiga provinsi, yaitu Riau, Sumatera Selatan, dan Sumatera Utara.

Kegiatan webinar ini membuka  rangkaian kegiatan monitoring bagi para peserta dari perwakilan pondok pesantren yang ada di tiga provinsi tersebut, yang akan diselenggarakan selama November ini. Kegiatan kali ini menghadirkan dua narasumber, yaitu Prof Erliza Hambali, Guru Besar Teknik Industri Pertanian, Institut Pertanian Bogor dan Dr. Sunari, Direktur Penghimpunan Dana BPDPKS.

Kegiatan dibuka oleh Rahmatina Awaliah Kasri, Ph.D., Kepala PEBS FEB UI, yang menyampaikan, bahwa topik webinar kali ini dipilih berdasarkan masukan dari para peserta perwakilan pondok pesantren, pada saat Kegiatan Bootcamp Santripreneur yang diselenggarakan Oktober lalu. “Saya berharap bahwa kegiatan webinar serta monitoring ini, nantinya dapat memberikan manfaat bagi para peserta untuk memperkuat serta merealisasikan ide bisnis peserta menjadi bisnis yang berhasil,” ucap Rahmatina.

Sunari, sebagai narasumber pertama, menjelaskan mengenai peran kelapa sawit secara umum dalam perekonomian, tugas dan fungsi BPDPKS, dan program peremajaan sawit rakyat (PSR). Sawit di Indonesia mempunyai peranan penting dalam menciptakan lapangan pekerjaan, mereduksi karbon melalui fotosintesis pada kebun yang sangat luas dan penggunaan sebagai bahan bakar nabati, dan memiliki peran penting dalam pertumbuhan ekonomi. Namun demikian, masih diperlukan pengembangan pasar dan produk dari olahan kelapa sawit ini.

Sambung Sunari, “Tujuan utama program PSR adalah membantu untuk memperbarui perkebunan kelapa sawit  yang dimiliki rakyat, agar lebih berkelanjutan dan berkualitas serta mengurangi risiko pembukaan lahan illegal.  Selain itu, berbagai dukungan yang dilakukan oleh BPDPKS, di antaranya dukungan pendanaan biodiesel, program pengembangan sumber daya manusia dengan adanya beasiswa, serta dukungan pada program penelitian dan pengembangan sawit.

Erliza Hambali, narasumber kedua, menyampaikan mengenai produk turunan kelapa sawit. Ia mulai  dengan memberikan gambaran buah kelapa sawit dan bagian-bagian yang dapat diambil manfaatnya, diikuti bagan yang menunjukkan  produk turunan kelapa sawit, misalnya minyak goreng, margarin, cangkang kelapa sawit, dan sebagainya. Selain dapat diolah menjadi berbagai macam produk pangan, minyak sawit juga dapat diolah menjadi produk oleokimia dan bioenergi.

Kelapa sawit juga menghasilkan bahan olahan  surfaktan dietanol amida (DEA) pada produk pestisida, home care, dan personal care. Dalam kondisi saat ini, produk turunan kelapa sawit dapat dikembangkan sebagai antiseptik, hand sanitizer, serta pembersih (cleaner) dalam bentuk serbuk. Selain itu, produk turunan sawit lainnya adalah bio-briket yang dibuat dari biomassa sawit. Dengan adanya berbagai produk yang merupakan turunan dari kelapa sawit, maka pondok pesantren dapat berfokus pada beberapa produk yang mudah untuk dikembangkan, di antaranya sabun dan hand sanitizer. Jika produk tersebut sudah dapat diproduksi, maka tahap selanjutnya adalah untuk bisa memperoleh izin edar produk tersebut.

Kegiatan webinar berlangsung produktif dengan  peserta menyampaikan beberapa pertanyaan dan meminta saran dan arahan dalam pengembangan usaha berbasis kelapa sawit, mulai dari pendanaan, teknis produksi, hingga pendampingan.(hjtp)