LPEM FEB UI: Dana Desa Terindikasi Tingkatkan Aktivitas Ekonomi Desa
DEPOK – (25/1/2021) Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB UI) mengatakan adanya asosiasi kuat antara dana desa dengan peningkatan aktivitas ekonomi desa. Hal ini berdasarkan rapid assessment evaluasi dana desa yang digelar oleh LPEM FEB UI.
“Terdapat asosiasi yang sangat kuat antara (dana desa) terhadap peningkatan aktivitas ekonomi desa,” kata Peneliti Klaster Kemiskinan, Sosial, Perlindungan, dan Pembangunan LPEM FEB UI Teguh Dartanto dalam webinar Diseminasi Hasil Riset ‘Melihat Indonesia dari Angkasa: Covid-19, Dana Desa, dan Pemulihan Ekonomi Nasional, Senin (25/1/2021).
Dalam penelitian ini, LPEM FEB UI tidak hanya menggunakan metodologi korelasi, tetapi juga kausalitas. Untuk itu, LPEM FEB UI memanfaatkan data berupa cahaya malam hari (nightlight) dan informasi lainnya seperti Facebook Mobility, GIS, data dana desa. Teguh menjelaskan, ini adalah sebuah inovasi data untuk memberikan hasil yang akurat, mudah, cepat, serta real-time.
“(Terkait night light), semakin terang berarti aktivitas ekonominya semakin membaik,” kata Teguh.
Terdapat 10% kenaikan dana desa yang berasosiasi dengan 1,2 persentase poin pada intensitas cahaya malam hari (average light intensity atau ALI). Jika dikonversikan, kenaikan 1,2 persentase poin setara dengan 0,13% produk domestik bruto (PDB).
Namun Teguh menggarisbawahi asosiasi dana desa dengan aktivitas ekonominya lebih tinggi di desa-desa yang memiliki kategori tertinggal, berkembang atau maju. Sedangkan di desa yang berstatus tertinggal, nilai asosiasi ini cenderung lebih lemah.
“Ini sebuah fenomena menarik untuk didalami. Bisa jadi di daerah yang sangat tertinggal, dana desa, dari aspek pemanfaatannya, ada masalah. Mungkin ada isu SDM atau isu alokasi, distribusi, penggunaannya,” kata Teguh.
“Di sini, ada potensi disparitas baru ke depannya. Kita tentu berharap desa sangat tertinggal memiliki dampak (dana desa) yang lebih besar dibandingkan tertinggal, berkembang, dan maju. Sehingga bisa catching up dengan satu sama lain,” lanjutnya.
Peneliti LPEM FEB UI M Halley Yudhistiara menambahkan, nilai asosiasi antara dana desa dan ALI juga cenderung berbeda tergantung pada besaran dana desa yang didapatkan. Desa dengan besaran dana yang lebih tinggi bisa mendorong aktivitas ekonomi yang jauh lebih besar.
“Misalnya, dengan Rp 1 miliar, mungkin sebuah desa hanya bisa membangun jalan yang relatif lebih pendek. Jika mereka bisa mendapatkan Rp 2 miliar, tentu jalan ini tentu bisa 2-3 kali lipat (lebih panjang) dan bisa menghubungkan lebih banyak titik,” kata Yudhistiara.
“Tetapi, ini menjadi potensi bagi daerah tertinggal yang cenderung mendapatkan budget lebih besar bisa catch up dengan daerah-daerah yang lebih maju. Hasil ini memberi secercah harapan bagi daerah tertinggal untuk catch up,” lanjutnya.
BLT Dana Desa
Teguh mengatakan, adanya respon cepat dalam memitigasi dampak pandemi Covid-19 misalnya dalam mekanisme penyaluran dana desa. Sebelumnya, dana desa disalurkan secara bertahap mulai dari rekening kas umum negara (RKUN), rekening kas umum daerah (RKUD) kemudian rekening kas desa (RKD).
Di masa pandemi, dana desa langsung disalurkan ke rekening desa. Bantuan langsung tunai (BLT) dana desa juga menjadi anggaran yang wajib dianggarkan oleh pemerintah desa.
“Artinya, dari kecepatan, pemerintah mencoba untuk memotong birokrasi dan agar (dananya) cepat langsung ke desa. Di desa, juga ada kewajiban untuk mengalokasikan anggaran untuk BLT. Ini adalah bagian dari community-based targeting. Siapa yang menerima dan siapa yang layak menerima ditetapkan oleh level desa,” kata Teguh.
Berdasarkan penelitian LPEM FEB UI, pemberian BLT dana desa selama pandemi Covid-19 dari Kabupaten Bogor menunjukkan indikasi dampak positif terhadap perekonomian. Namun, hasil signifikasi penemuan ini belum terlalu kuat.
“Ini karena kita menggunakan 416 data desa di Bogor. Apabila kita memiliki data yang lebih luas terkait kapan dana desa ini dicairkan mungkin akan bisa memberikan hasil analisis yang lebih robust. Tetapi dari Bogor saja, kita bisa menemukan indikasi positif BLT dana desa terhadap perekonomian pedesaan di Kabupaten Bogor,” ungkap Teguh.