HR Excellence Webinar Series: Mindset and Values for the NOW of Work
Rifdah Khalisha – Humas FEB UI
DEPOK-(11/02/2021) Lembaga Manajemen (LM) FEB UI bersama SWA menggelar HR Excellence Webinar Series, Presenting Best and Future Practices, Seri-10 bertajuk “Mindset and Values for the NOW of Work” pada Kamis (11/2). Webinar menghadirkan pemateri Tina T. Kemala Intan, Human Capital and Legal Director PT Semen Indonesia (Persero) Tbk, dan pembahas Dyah Parameshwary, M.Psi., senior konsultan LM FEB UI. Acara dipandu oleh Teguh Sri Pambudi, redaktur senior SWA.
Dalam materinya, Tina memaparkan, “Masa depan pekerjaan atau ‘future of work’ tengah terjadi sekarang. Kita semua telah menunggu ‘masa depan pekerjaan’ dan ternyata hadir lebih cepat pada situasi pandemi. Dunia telah beralih, pekerjaan dan karier akan berubah. Jadi, kita harus cepat beradaptasi dengan situasi tersebut.”
“Pandemi COVID-19 telah menciptakan situasi baru dengan implikasi bakat, yakni perencanaan dinamis, kemudahan menemui sosok kompeten, fleksibilitas kompensasi, kemampuan menjalankan peran lain, dan pemahaman akan dunia digital,” sambungnya.
Pada tahun 2025 mendatang, keterampilan teratas lebih mengutamakan kemampuan berpikir kognitif, seperti pemikiran analitis dan kritis, pembelajaran aktif, pemecahan masalah kompleks, kreativitas, penggunaan teknologi, kepemimpinan, ketahanan, penalaran, dan lain sebagainya. Maka tenaga kerja harus menyesuaikan diri dengan kecepatan perubahan dan kebutuhan saat ini. Kini, hanya butuh waktu singkat untuk membangun dan menguasai keterampilan baru secara online untuk menghadapi pekerjaan masa depan.
“Seseorang dapat berpindah dari zona nyaman ke zona berkembang melalui tiga tahapan. Pertama, zona ketakutan (fear zone), saat seseorang mencari berbagai alasan, memiliki kepercayaan diri yang rendah, dan terpengaruh oleh pendapat orang lain. Lalu, zona belajar (learning zone), saat seseorang mulai bisa memperoleh keterampilan baru, menghadapi tantangan dan masalah, dan memperluas zona nyaman. Terakhir, zona berkembang (growth zone), saat seseorang sudah menemukan tujuan, mewujudkan impian, menetapkan tujuan baru, mencapai tujuan, serta memiliki kepercayaan dan keyakinan diri,” tutup Tina.
Dyah mengatakan bahwa warga dunia telah mengubah pola berinteraksi dan beraktivitas, “Pemanfaatan teknologi digital telah menjadi hal yang lumrah dalam berbagai aspek. Menurut James Averbrook, kita harus segera menyatukan tenaga kerja dan menghadapi upaya digital di era kerja yang baru. Berdasarkan data dari Society of Human Resources Management, terhitung bahwa 71 persen pimpinan organisasi tengah berjuang untuk menyesuaikan diri dan timnya dengan pekerjaan jarak jauh.”
Inti dari filosofi agile adalah kesediaan untuk beradaptasi dan berubah. Agile adalah mentalitas yang memungkinkan orang dan kelompok menghadapi tantangan, mempelajari sesuatu dengan cepat, dan menanggapi perubahan. Pada dasarnya, growth mindset (pola pikir berkembang) sama halnya dengan agile mindset (pola pikir tangkas).
“Sederhananya, agile mindset berarti seperangkat pola pikir dan sikap yang mendukung lingkungan kerja agile atau tangkas. Ada beberapa hal yang mendukung pola pikir ini, yakni berpikir positif meski terjadi keadaan buruk, bersemangat mencari pengetahuan baru, berfokus pada keberhasilan tim, bersikap pragmatisme, serta berani menerima risiko gagal,” jelas Dyah pada akhir sesinya. (hjtp)