Kuliah Umum MM FEB UI bersama Wakil Menteri Luar Negeri RI, “Diplomasi Ekonomi dan Diplomasi Vaksin”

0

Kuliah Umum MM FEB UI bersama Wakil Menteri Luar Negeri RI, “Diplomasi Ekonomi dan Diplomasi Vaksin”

 

Nino Eka Putra ~ Humas FEB UI

DEPOK – (26/2/2021) Magister Manajemen FEB UI mengadakan Kuliah Umum secara webinar dengan tema “Diplomasi dan Keuangan”. Acara ini diisi oleh narasumber Mahendra Siregar, Wakil Menteri Luar Negeri RI, dengan moderator Prof. Rofikoh Rokhim, Ph.D., Ketua Program Studi MM FEB UI, pada Jumat (26/2/2021).

Dr. Beta Yulianita Gitaharie, Pj. Dekan FEB UI, dalam sambutannya menuturkan, “Sebagai perwujudan komitmen dalam meningkatkan wawasan mahasiswa, FEB UI secara rutin menyelenggarakan kuliah umum dengan menghadirkan pemimpin bisnis maupun pembuat kebijakan di bidang ekonomi. Pada kesempatan ini, MM FEB UI menghadirkan Mahendra Siregar, Wakil Menteri Luar Negeri RI sebagai narasumber untuk mengisi kuliah umum MM FEB UI. Diharapkan, kuliah umum ini bisa memberikan pengayaan  ilmu pengetahuan dan menambah wawasan para mahasiswa MM FEB UI ataupun alumni yang hadir, untuk menghadapi dunia yang  penuh tantangan dan ketidakpastian.”

Di dalam pemaparan materi, Mahendra Siregar, menyampaikan bahwa diplomasi mempunyai definisi sebagai menyampaikan atau memperjuangkan kepentingan nasional di kancah internasional melalui mekanisme negosiasi, pendekatan, promosi, dan komunikasi. Dunia saat ini sedang menghadapi pandemi Covid-19, dalam konteks global juga sedang menghadapi mega trend yang berjalan paralel dengan gelombang jangka panjang yang mempengaruhi perkembangan hubungan internasional dan diplomasi.

Mega trend di dunia yang sedang berkembang saat ini ialah ASIAN Century (Abad Asia). Tolak ukur tersebut berdasarkan produk domestik bruto (PDB) dari daya beli negara-negara Asia yang sudah melampaui 50% dari dunia; porsi PDB negara anggota G20 dari Asia meningkat tajam 28% (2000), 38% (2010), 44% (2020), 51% nantinya pada 2030; dan tidak terdapat konflik antar-negara di Asia Timur dan Asia Tenggara pada 50 tahun terakhir.  Ke depan dominasi ekonomi Asia akan berlanjut dan dengan demikian Geopolitik juga terpengaruh.

Di Asia, ASEAN berkontribusi signifikan sebagai bagian negara-negara yang masuk dalam kelompok ZOPFAN (Zone of Peace, Freedom and Neutrality), dibandingkan kawasan Asia Timur, ASEAN juga lebih berperan dalam kebangkitan ekonomi Asia, dengan ketahanan nasional dan “Human Development Index” meningkat pesat, serta adanya integrasi regional di bidang ekonomi (AFTA, ASEAN +).

Mahendra menyebut, pada dasarnya diplomasi Indonesia di masa pandemi mengalami perubahan sangat besar, karena harus melakukan adaptasi, antisipasi, dan lincah. Hal ini membuat diplomasi Indonesia yang awalnya sebelum pandemi memprioritaskan 4+1 (diplomasi ekonomi, diplomasi pelindungan, diplomasi kedaulatan dan kebangsaan, kontribusi dan kepemimpinan Indonesia di kawasan dan dunia, dan infrastruktur diplomasi, berubah melalui refocusing prioritas kerja menjadi: memperkuat perlindungan WNI, mengelola pandemi atau diplomasi vaksin, dan kontribusi bagi perdamaian dan stabilitas.

Pandemi juga membuat kondisi ekonomi global mengalami disrupsi perdagangan dan logistik internasional, resesi ekonomi global (pertumbuhan minus 8%), penurunan volume perdagangan global 15%, kehilangan potensi pendapatan ekspor USD 800 miliar oleh negara berkembang, resesi terburuk setelah the great depression, terhambatnya global value chain, organisasi internasional tidak berkutik, dan meluasnya ekonomi yang nasionalistik/self-help.

“Dalam perspektif tersebut, Indonesia melakukan diplomasi ekonomi  oleh Kementerian Luar Negeri demi menjaga roda perekonomian tetap berjalan, antara lain travel corridor arrangement dengan Persatuan Emirat Arab-Korsel-Singapura-Republik Rakyat Tiongkok dan kerangka ASEAN; mendukung pembukaan kembali pariwisata melalui kerja sama dengan Organisasi Pariwisata Dunia PBB atau UN World Tourism Organization; perluasan akses pasar melalui regional comprehensive economic partnership, Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement (IA-CEPA), realisasi investasi, memperkuat networking – world economic forum, dan memperdalam pasar unggulan dengan fasilitas Generalized System of Preference (GSP) dengan Amerika Serikat,” tutur Mahendra.

Sementara itu, Indonesia melakukan diplomasi vaksin dan kesehatan, yakni memenuhi kebutuhan alat diagnostik dan terapeutik, membangun komunikasi dengan seluruh pihak, membuka akses dan mengatasi berbagai kendala, melaksanakan secara all out, mengamankan pasokan vaksin jangka pendek dan panjang, mencari mitra startegis untuk pengembangan dan produksi vaksin mandiri, sehingga menjadi negara ke-8 di Asia dan negara ke-2 di Asia Tenggara yang menjalankan vaksinasi, serta akan memastikan akses yang merata terhadap vaksin bagi negara berkembang.

“Maka, prioritas politik luar negeri Indonesia 2021, adalah membangun national health security, mendukung pemulihan ekonomi, memperkuat sistem pelindungan WNI, menjaga kedaulatan dan integritas, serta memajukan berbagai isu kawasan dan dunia,” demikian Mahendra menutup sesi yang dihadiri lebih dari 400 orang mahasiswa MM FEB UI dan beberapa universitas lainnya. (hjtp)