Kementerian Keuangan RI dan Bappenas pada Kuliah Tamu Program Pascasarjana Ilmu Ekonomi FEB UI

0

Kementerian Keuangan RI dan Bappenas pada Kuliah Tamu Program Pascasarjana Ilmu Ekonomi FEB UI

 

Rifdah Khalisha – Humas FEB UI

DEPOK-(27/2/2021) Program Pascasarjana Ilmu Ekonomi (PPIE) FEB UI bekerja sama dengan Kementerian Keuangan RI menggelar kuliah tamu pada Sabtu, (27/2). Kuliah seri-1 bertajuk “Perkembangan Ekonomi dan Fiskal Indonesia dalam Turbulensi Pandemi COVID-19” menghadirkan pembicara Prof. Suahasil Nazara, Ph.D., Wakil Menteri Keuangan RI, serta moderator Diah Widyawati, Ph.D., ketua PPIE FEB UI.

Sementara seri-2 bertajuk “Ekonomi Indonesia dan Global di Tengah Pandemi COVID-19: Strategi Pemulihan dan Tantangan Ke Depan” menghadirkan pembicara Amalia Adininggar Widyasanti, Ph.D., Deputi Bidang Ekonomi Kementerian Perencanaan dan Pembangunan Nasional atau Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas), serta moderator Dr. Djoni Hartono, sekretaris PPIE FEB UI.

Mengawali sesinya, Suahasil memaparkan kilas balik perekonomian dunia selama tahun 2020. Pada awal tahun, mulai mereda perang dagang antara AS dan Tiongkok serta memasuki masa transisi Brexit. Namun, hadirnya pandemi COVID-19 pada Februari-Maret 2020 mengubah perekonomian global, termasuk Indonesia, secara drastis.

Suahasil menuturkan, “Pandemi telah memberi dampak dan kontraksi begitu dalam terhadap sektor industri dan bisnis Indonesia. Permintaan dan penawaran mengalami guncangan, terutama pada sebagian besar manufaktur. Pembatasan aktivitas masyarakat di luar rumah memengaruhi sektor pariwisata, perdagangan, dan transportasi udara.”

Tanpa intervensi APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara) dan PEN (Pemulihan Ekonomi Nasional), kontraksi ekonomi 2020 akan lebih dalam. APBN sebagai instrumen countercyclical berhasil mengatasi kontraksi ekonomi semakin mendalam dan menopang perekonomian melalui konsumsi pemerintah, konsumsi rumah tangga, dan investasi publik.

Pandemi COVID-19 masih berlanjut di tahun 2021. Tantangan perekonomian lainnya akan silih berganti, seperti keberhasilan proses vaksinasi untuk mencapai herd immunity, gejolak harga dan arah perdagangan internasional, teknologi baru dan digitalisasi—perubahan transaksi ekonomi, serta risiko “sustainability” fiskal akibat pelebaran defisit.

“Ke depan, sumber tekanan ekonomi makin tidak terprediksi sehingga pembangunan ekonomi berkelanjutan menjadi semakin krusial. Namun, perkiraan perekonomian global akan mulai pulih di 2021. Vaksinasi pun mendorong harapan membaiknya sinyal pemulihan global. Selain itu, program perlindungan sosial PEN berperan penting memberikan bantalan bagi kelompok dengan penghasilan rendah dan rentan,” paparnya

Suahasil menunjukkan bahwa perkiraan konsumsi rumah tangga kian menguat, aktivitas investasi kian terindikasi positif, serta kinerja ekspor kian terakselerasi. Tren pemulihan terjadi pada sektor industri pengolahan, perdagangan, pertanian, dan pertambangan. Menurut proyeksi, perekonomian Indonesia tahun 2021 akan tumbuh 5,0 persen (4,5 persen hingga 5,3 persen).

“Kerangka kebijakan pemulihan ekonomi 2021, yakni intervensi kesehatan, bantuan kelangsungan hidup dan pemulihan, serta reformasi struktural dapat menjadi game changer untuk memperkuat pemulihan ekonomi nasional,” tutup Suahasil.

Amalia memaparkan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang tahun 2020 mengalami kontraksi sebesar 2,07 persen, “Terjadi kontraksi pada semua komponen PDB dari sisi pengeluaran, kecuali konsumsi pemerintah. Konsumsi masyarakat, PDB lapangan, tertekan karena banyak pemberhentian kerja dan penurunan pendapatan. Namun, konsumsi pemerintah mampu tumbuh positif karena dorongan realisasi belanja bantuan sosial, barang, dan lainnya seiring dengan akselerasi program PEN.”

Hampir seluruh sektor perekonomian pada tahun 2020 mengalami kontraksi. Sektor transportasi dan akomodasi terkena dampak negatif terbesar karena pembatasan mobilitas. Di sisi lain, sektor informasi dan komunikasi, serta sektor jasa kesehatan tidak terkena dampak karena perannya sangat vital pada kondisi pandemi ini.

Survei Bank Dunia dan Bappenas pada 2020 menunjukkan, bahwa sebagian besar perusahaan mengupayakan digitalisasi—baik internet, media sosial, maupun platform digital—untuk bertahan selama pandemi. Tercatat 73 perusahaan tetap buka pada Juni hingga Oktober 2020. Bahkan 16 persen perusahaan yang tutup pada Juni 2020, mulai dapat beroperasi di kuartal IV 2020, sehingga jumlah perusahaan beroperasi meningkat menjadi 89 persen. Di sisi lain, sekitar 11 persen perusahaan tetap tutup.

Tahun 2022 menjadi kunci utama pemulihan ekonomi Indonesia. Pertumbuhan ekonomi akan terus meningkat, bersumber dari investasi, ekspor, dan industri pengolahan. Kebijakannya mengarah pada reformasi struktural untuk meningkatkan daya saing. Reformasi struktural harus bermutu tinggi dan tak boleh gagal,” ujar Amalia menutup sesinya. (hjtp)