Kuliah Umum Magister Manajemen FEB UI
How Godrej Indonesia Overcame Crisis During Pandemic Through Innovation
Rifdah Khalisha – Humas FEB UI
DEPOK-(23/4/2021) Akhil Chandra (Business Head ASEAN Godrej Consumer Products Limited) menjadi narasumber, dalam acara kuliah umum Magister Manajemen FEB UI bertajuk “How Godrej Indonesia Overcame Crisis During Pandemic Through Innovation,” pada Jumat (23/4). Hadir pula Prof. Rofikoh Rokhim, Ph.D. (Ketua Program Studi MM FEB UI) sebagai pembuka dan Hasnul Suhaimi, M.B.A. sebagai pemandu acara.
Dalam sambutannya, Prof. Rofikoh menyampaikan, “Pandemi COVID-19 telah mengubah masyarakat secara signifikan. Banyak orang terpaksa tinggal di rumah dan bisnis tutup, atau mengalami penurunan pendapatan yang sangat besar. Tidak heran jika pemilik bisnis sangat khawatir akan kesejahteraan perusahaan dan pegawainya. Kuliah umum ini hadir untuk membuktikan bahwa ada pula beberapa perusahaan sukses yang tangguh dalam menjaga produktivitas perusahaan. Tentunya, mereka menggunakan strategi dan inovasi yang patut menjadi acuan bagi pelaku usaha lain.”
Mengawali paparannya, Akhil memperkenalkan Godrej Indonesia, bagian dari Godrej Group, perusahaan berusia 123 tahun yang berbasis di India . Perusahaan ini memiliki beragam sektor, seperti produk konsumen, perumahan, pertanian, produk industri, dan dirgantara. Kini, Godrej telah beroperasi di 90 lebih negara dengan 1,1 miliar konsumen, USD 4,1 miliar pendapatan, dan 54.000 pekerja.
Ia mengatakan, “Kami terus berusaha membawa kebaikan, kesehatan dan kecantikan ke pasar berkembang. Hingga saat ini, klaster Indonesia berkontribusi pada 20% bisnis Godrej Consumer Products Limited (GCPL). Sejak akuisisi pada 2010, bisnis Indonesia sudah berpengalaman, penjualan bertumbuh 3 kali lipat dan laba bertumbuh 4 kali lipat. Bahkan, setiap harinya 16 juta rumah tangga di Indonesia menggunakan setidaknya satu merek Godrej.”
Krisis pandemi COVID-19 mengubah jalannya sejarah manusia. Tak hanya menyelamatkan nyawa, kita pun harus menyelamatkan mata pencaharian. John F Kennedy pernah berkata, dalam bahasa Mandarin, menulis kata krisis butuh sapuan kuas yang terdiri dari dua kata, yaitu ‘wei’ yang berarti bahaya dan ‘ji’ yang berarti peluang. Dengan kata lain, selama krisis, waspada terhadap bahayanya, tetapi kenali peluangnya.
Akhil mengungkapkan bahwa Godrej selalu menjadikan inovasi sebagai inti DNA, “Kami menyediakan ahli dalam solusi higienis yang menjanjikan kehidupan bebas kuman. Kami melihat konsumen membutuhkan rangkaian produk kebersihan untuk memastikan keamanan yang tersedia di pasar, terjangkau harganya, dan teruji ahli membersihkan. Kami merancang solusi untuk memenuhi kebutuhan tersebut, seperti desinfeksi klinis dengan bahan aktif terkenal, desain simpel dan bersih (warna dominan putih dan ikon double plus besar sebagai gambaran klinis), dan dukungan para ahli,” sambungnya.
Normalnya, saat meluncurkan merek baru, butuh waktu selama 12 hingga 24 bulan, mulai dari membuat ide, meneliti konsumen (beberapa putaran), menyelaraskan rencana pemasaran secara regional dan global, menjustifikasi investasi, menemukan sumber dan rantai pasokan, hingga memasarkan. Namun, Godrej berbeda dan bergerak cepat hanya dalam 30 hari, mulai dari penelitian dan pengembangan, pemasaran, pengaturan, pengadaan, penjualan, produksi, hingga logistik.
Godrej pun mendorong pemasaran dengan berbagai strategi menarik, tampilan menonjol, dan titik sentuh. Tak kalah penting, Godrej pun membangun citra merek dengan memberikan produk rekomendasi dokter dan ahli kesehatan, teruji klinis, mampu menghilangkan kuman dan bakteri, ahli dalam kesehatan dan kebersihan, dan ikut perkembangan terkini.
“Semuanya menjadi mungkin karena kami menerapkan model bisnis multi-lokal. Kami berusaha penuh meningkatkan ketangkasan dengan pusat penelitian dan pengembangan lokal yang lengkap, memperkuat basis manufaktur dengan hampir 100% produksi sendiri, mencoba beragam saluran distribusi (perdagangan umum, modern, digital, dan bisnis ke bisnis), memberdayakan budaya tim dengan mentalitas pemilik, menekankan skala dan kecepatan, serta menghindari birokrasi. Kami akan terus menjaga kehidupan dan mata pencaharian sebagai prioritas agar Indonesia terlindungi,” demikian Akhil menutup sesinya. (hjtp)