ILUNI FEB UI: Surviving the Real World

0

ILUNI FEB UI: Surviving the Real World

 

Rifdah Khalisha – Humas FEB UI

DEPOK – (4/9/2021) Ikatan Alumni Fakultas Ekonomi dan Bisnis UI (ILUNI FEB UI) bersama Alumni Fakultas Ekonomi UI Angkatan 81 (FEDESA) mengadakan acara bertajuk “Surviving the Real World” secara daring, pada Sabtu (4/9). Acara ini membagikan tips dan trik dalam memilih karier di dunia nyata.

Acara menghadirkan Destry Damayanti (Ketua ILUNI FEB UI dan Deputi Gubernur BI) dan Ari Kuncoro (Rektor UI) pada sambutan. Hadir pula para alumni FEB UI 1981 sebagai pembicara, yakni Sri Mulyani Indrawati (Menteri Keuangan RI), Hamdi Hassyarbaini (Direktur PT Bursa Berjangka Jakarta), Lala Zahara Hamid (PT Makmur Bathi Lestari), dan Mahendra Siregar (Wakil Menteri Luar Negeri RI).

Destry mengucapkan selamat kepada FEDESA yang telah mencapai 40 tahun kebersamaan sebagai keluarga FEB UI. “FEDESA termasuk angkatan dengan kepedulian yang tinggi terhadap kampus, terutama FEB UI. Para alumni ini sangat rutin mengadakan banyak kegiatan sosial. Saya mewakili ILUNI mengucapkan terima kasih kepada FEDESA yang telah berpartisipasi dalam berbagai program, salah satunya renovasi ruangan di kampus FEB UI.”

“Mudah-mudahan peserta acara dapat mengambil lesson learned dari kakak-kakak yang jauh berpengalaman menikmati asam garam di dunia nyata yang tentu berbeda dengan dunia kampus. Semoga para alumni terus berkarya dan berbakti kepada bangsa dan negara tercinta, khususnya Universitas Indonesia,” imbuhnya.

Ari mengatakan, “Terima kasih kepada rekan-rekan FEDESA atas acara istimewa ini. Banyak anggapan, life start at 55 or 65. Nah, reuni ini mengingatkan alumni untuk tetap produktif. Dengan kata lain, banyak rekan yang memulai bisnis pada usia 55, 60, dan 65 tahun. Tak hanya bisnis barang, tetapi bisa bisnis jasa, seperti business coach, advisor, analyst, dan sebagainya.”

Menurut Ari, topik surviving the real world ini sangat menarik. Para rekan alumni mungkin tanpa sengaja menemukan minat di ruang kuliah dan menekuninya sebagai profesi. Oleh karenanya, ia berharap rekan alumni bisa tetap menjalin kebersamaan melalui kegiatan reuni lainnya.

Menteri Sri berbagi cerita perjalanan dan pengalaman sebagai mahasiswa rantau asal Semarang yang mengenyam pendidikan di FEB UI. “Saat itu, orangtua saya belum paham alasan saya memilih FEB UI. Terlebih, seluruhnya di keluarga saya tidak ada yang berasal dari SMA jurusan IPS. Rasanya, saya kurang tertarik mengikuti jejak kakak-kakak yang memilih jurusan kedokteran dan insinyur. Saya ingin mendalami bidang sosial. Akhirnya, saya mendaftar jurusan ekonomi dan psikologi.”

Usai meraih gelar sarjana di FEB Universitas Indonesia dan gelar master – doktor di University Illinois Urbana-Champaign Amerika, Sri memutuskan berkarier di Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) FEB UI. Bagi kedua orangtuanya, dosen termasuk pekerjaan mulia. Sri pun setuju karena ia memang suka mengajar dan meneliti.

Hingga suatu ketika, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menunjuk Sri Mulyani menjadi Menteri Keuangan RI pada masa jabatannya selama 2005-2010. Setahun menjabat, majalah Euromoney menyebutnya sebagai Euromoney Finance Minister of the Year. Bahkan, Sri termasuk wanita paling berpengaruh ke-23 di dunia sekaligus paling berpengaruh di Indonesia. Pada 27 Juli 2016, Presiden Joko Widodo kembali meminta Sri menjadi Menteri Keuangan RI.

Serupa dengan Sri, Hamdi merantau dari Padang ke Jakarta. Semula Hamdi berkuliah dengan dukungan biaya dari sang kakak. Namun, ia tak ingin terlalu lama bergantung. Dengan kegigihannya, ia menjual bakso di kantin FEB UI dan menjaga toko bursa mahasiswa. Menginjak tahun kedua, ia berhasil menerima beasiswa sehingga dapat membiayai kuliahnya dan mengirim dana untuk ibundanya.

“Dulu, mayoritas mahasiswa FEB UI ingin berkarier di bank atau kantor akuntan publik, termasuk saya. Saat saya masih bekerja di bank, saya melihat iklan di media cetak berisi lowongan kerja PT Bursa Efek­­­ Indonesia (BEI). Praktis, saya mempelajari banyak buku tentang pasar modal dan mengajukan lamaran di BEI. Terhitung sejak 1995 hingga 2010, saya menjadi pegawai BEI dengan banyak pergantian divisi.”

Hamdi terus mencari peluang untuk meningkatkan kapasitas dirinya. Akhirnya, ia meraih jabatan sebagai Direktur Keuangan dan SDM pada periode pertama dan Direktur Pengawasan Transaksi pada periode kedua. Setelahnya, ia sempat menikmati masa indah dan membangun bisnis di rumah. Lalu, kembali memberanikan diri melamar posisi Direktur di PT Bursa Berjangka Jakarta (BBJ). Tepat Agustus 2020, ia resmi masuk dalam jajaran Direksi BBJ.

Hamdi berpesan, “Mahasiswa harus selalu berpikir adaptif, memiliki pandangan lebih maju dalam setiap kesempatan dan melangkah tanpa ragu meski bukan bidang keahliannya.”

Beralih ke Lala, jauh sebelum kuliah, ia sudah tertarik dengan industri kreatif. Mengikuti saran sang ayah, ia bertekad menjadi sosok hebat yang berkarya di balik layar. Ia memilih FEB UI untuk mengasah pola pikir, memperluas relasi, dan mempermudah langkahnya dalam menggapai mimpi. Selama kuliah, Lala aktif mengikuti kepanitiaan kegiatan seni di kampus, di antaranya Jazz Goes to Campus (JGTC).

Ternyata, ekonomi sangat membantu pekerjaannya di industri kreatif, misalnya dalam hal manajemen produksi, pemasaran, hingga penjenamaan. Sebelum berlabuh di PT Makmur Bathi Lestari, Lala pernah meniti karier di sejumlah perusahaan ternama, yakni Sony Music Entertainment, SinemArt Indonesia, MNC Group, dan DePIC Production. Impiannya adalah membangun industri kreatif Indonesia agar mampu bersaing di kancah internasional.

Terakhir, karier Mahendra bermula pada tahun terakhir sebelum lulus kuliah. Saat itu, ia melihat kesempatan beasiswa untuk bekerja di Kementerian Luar Negeri (Kemenlu). Tanpa pikir panjang, Mahendra segera mendaftar. Beruntung, ia berhasil menerima beasiswa tersebut.

Sepak terjangnya begitu gemilang, Mahendra pernah menjabat di 8 kementerian, di antaranya Wakil Menteri Perdagangan, Wakil Menteri Keuangan, Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Duta Besar Republik Indonesia untuk Amerika Serikat, hingga Wakil Menteri Luar Negeri. Selama masa jabatannya, ia tampil sebagai pemecah masalah yang hebat. Tak hanya itu, Mahendra pun pernah tercatat memiliki jabatan luar biasa sebagai Komisaris Utama, CEO, dan sebagainya.

“Dalam memilih pendidikan dan pekerjaan, jangan membuat hal-hal terlalu rumit. Sejak dulu, saya tidak pernah memandang ada keputusan yang keliru, you have made the right decision or the decision that will make you right. Raih semua kesempatan dan kepercayaan di depan mata. Kemudian, kita sempurnakan selagi menjalaninya, perbaiki dan pelajari lebih dalam” tandasnya.