Kuliah Umum Departemen Akuntansi FEB UI: The Changing Role of Accounting in Digital Transformation

0

Kuliah Umum Departemen Akuntansi FEB UI: The Changing Role of Accounting in Digital Transformation

 

Rifdah Khalisha – Humas FEB UI

DEPOK – (15/9/2021) Dr. Wang Jiwei (Associate Professor of Accounting, Singapore Management University) menjadi pembicara dalam Kuliah Umum S1 Departemen Akuntansi FEB UI bertajuk “The Changing Role of Accounting in Digital Transformation” pada Rabu (15/9).

Pada awal acara, Dr. Ancella Anitawati Hermawan (Ketua Departemen Akuntansi FEB UI) menyampaikan sambutannya, “Kuliah umum hari ini membahas topik yang sangat menarik karena kami akan melihat peran penting profesi akuntansi dalam transformasi digital.”

“Usai kuliah umum ini, kami pun akan resmi meluncurkan kolaborasi terbaru antara Universitas Indonesia (UI) dan Singapore Management University (SMU), yakni program fast track. Program ini memberikan kemudahan bagi para mahasiswa sarjana UI untuk mengambil gelar master di SMU dengan waktu belajar yang lebih singkat,” terangnya.

   

Memasuki paparannya, Dr. Wang mengatakan, “Transformasi digital merupakan topik yang sangat populer, hampir semua orang membicarakannya. Namun pada faktanya, kita tidak memiliki panduan pasti untuk melakukan transformasi digital secara sama. Setiap individu dan perusahaan melakukan hal berbeda. Bahkan, wilayah yang berbeda akan menghasilkan praktik berbeda pula. Maka bagi saya, ada baiknya kita saling berkomunikasi, berbagi, dan belajar.”

Sejatinya, transformasi teknologi bermula saat era revolusi industri, mulai dari industri 1.0 mesin uap pada abad ke-18, industri 2.0 baja dan listrik pada 1850-1910, industri 3.0 komputer dan internet pada 1970-an, hingga industri 4.0 kecerdasan buatan dan otomatisasi pada 2010-an.

Namun, transformasi dalam bidang akuntansi sedikit berbeda, mulai dari akuntansi 1.0 pembukuan entri ganda pada abad ke-14, akuntansi 2.0 pemrosesan data elektronik pada 1970-an, hingga akuntansi 3.0 penggunaan kecerdasan buatan, data besar, dan basis cloud pada 2010-an.

Dalam beberapa dekade terakhir, teknologi digital telah berkembang pesat, mengubah kehidupan secara global dengan cara yang sebelumnya tidak pernah terpikirkan. Tentunya, teknologi ini pun menciptakan dinamika persaingan baru.

Jika perusahaan berkembang secara linier dan teknologi berkembang secara eksponensial, maka kesenjangan akan semakin meluas sehingga sering diisi oleh perusahaan rintisan inovatif yang menggunakan teknologi untuk memenuhi kebutuhan pelanggan dengan strategi berbeda.

“Oleh karenanya, banyak perusahaan mulai bertransformasi dengan mengembangkan model bisnis baru untuk menembus atau meraih kembali pasar, produk bisnis baru untuk menarik lebih banyak pelanggan, dan proses bisnis baru untuk merampingkan dan mengotomatisasi sistem kerja. Selain itu, mereka pun menata kembali bisnis inti dan meningkatkan kinerja keuangan,” ujarnya.

Lalu, Dr. Wang menjelaskan bahwa penggerak transformasi digital terdiri atas penggunaan teknologi yang tepat untuk tujuan yang tepat, peningkatan kemampuan individu dan organisasi, pengolahan data dan analitik untuk menarik wawasan baru; serta pengembangan ekosistem internal dan eksternal yang mendorong perjalanan transformasi.

Hal tersebut mendorong terjadinya perubahan peran akuntansi. Saat ini, kegiatan akuntansi sudah banyak menggunakan Robotic Process Automation (RPA), teknologi otomatisasi proses bisnis melalui robot cerdas (bots) berbentuk perangkat lunak. RPA mampu mengidentifikasi dan meniru interaksi manusia sehingga mengurangi biaya, mempersingkat waktu, dan meningkatkan efisiensi pada kegiatan repetitif.

Menurut Dr. Wang, para akuntan harus mampu beradaptasi dan bergerak ke depan. Mengingat dunia digital cepat berevolusi, para akuntan harus mampu memiliki pemikiran cerdas manusia dan penguasaan teknologi informasi. Ia mengingatkan, “Pengetahuan domain tetap relevan dan penting, jadilah profesional yang dapat menggunakan teknologi baru.”

Digitalization and Automation (D&A) hanyalah alat yang berasal dari teknologi baru, tetapi perubahan pola pikir itu lebih penting. Demikian pula RPA dan otomatisasi, alat tersebut dapat mengubah pekerjaan manual menjadi otomatis dan membuat pemrograman menjadi lebih ringan. Maka tak perlu khawatir, RPA tidak akan menggantikan kemampuan kognitif manusia.” tuturnya.

Penggunaan teknologi memang mampu mengambil alih pekerjaan dasar, tetapi tidak mampu menggantikan peran para akuntan. Justru, RPA akan meringankan beban sehingga akuntan lebih fokus kepada pekerjaan yang memerlukan kemampuan unik manusia dan memberikan nilai tambah bagi perusahaan.