Dubes Amerika Mengaku Iri saat Mengunjungi Universitas Indonesia, Kenapa?
DEPOK – (6/10/2021) Duta besar Amerika Serikat untuk Republik Indonesia, Sung Yong Kim berkunjung ke Universitas Indonesia, Kampus Depok, pada Rabu, 6 Oktober 2021. Kim mengaku iri dengan UI, karena akademisinya banyak menghabiskan waktu di Depok, bukan di Jakarta yang sibuk.
Kunjungan ke UI merupakan kedatangan Kim yang pertama kali ke institusi pendidikan di Indonesia. Menurut Kim, ia merasa kagum atas keindahan UI yang melebihi bayangannya sebelum menjejakkan kaki di kampus UI.
“Saya merasa iri karena para akademisi bisa menghabiskan lebih banyak waktu di sini dan bukan di Jakarta yang sibuk,” kata Kim dalam keterangan tertulisnya, Kamis, 7 Oktober 2021.
Dalam kunjungan tersebut, Kim bersama Rektor Universitas Indonesia (UI), Ari Kuncoro membahas beberapa hal tentang prioritas di sektor pendidikan tinggi dan peluang kolaborasi lainnya, yang memungkinkan di antara kedua belah pihak. Pertemuan tersebut berlangsung di Ruang Sidang, Gedung Rektorat Lantai 9, Kampus UI, Depok.
Kedua pihak membahas komitmen untuk program akademik bagi mahasiswa dan dosen, meningkatkan jumlah kegiatan mobilitas antara UI dan universitas-universitas di AS. Selain itu juga membuka peluang untuk bisa mengembangkan kolaborasi terkait pandemi, khususnya dalam bidang public health, epidemiologi, serologi, juga kolaborasi bidang riset, dan kolaborasi bidang teknologi.
Ari Kuncoro menyampaikan ucapan terima kasih kepada Dubes AS dan delegasi kedutaan AS karena telah meluangkan waktu untuk mengunjungi UI di Depok. Menurutnya, selama ini hubungan UI dengan AS dipertahankan di seluruh spektrum.
Dalam kurun waktu 2018 hingga 2020, UI mengirimkan 52 siswa outbound ke institusi di AS. UI menerima 113 siswa inbound untuk mengikuti beberapa program termasuk program semester pendek, kompetisi dan konferensi, atau kunjungan studi.
“Staf, dosen, dan peneliti kami juga terlibat dalam beragam program penelitian bersama, program kuliah tamu, konferensi, dan sebagainya. Kami mencatat 176 sarjana inbound AS dan 106 staf UI outbound selama periode 2018 hingga 2020,” kata Ari.
Menurutnya, AS dan UI memiliki kerja sama yang sudah terjalin lama dalam hal kerja sama pertukaran pelajar dan kemitraaan. Kolaborasi dalam hal pertukaran mahasiswa yang terjalin selama ini, diharapkan dapat ditingkatkan.
“Saya harap akan semakin banyak lagi mahasiswa Indonesia belajar ke AS, begitu pula mahasiswa AS yang datang ke sini untuk belajar. Selain itu, juga para dosen, staf,” katanya.
Pandemi covid-19 telah memberi kesempatan unik di mana para peneliti, staf, mahasiswa, dan jaringan alumni kami terlibat secara aktif dengan masyarakat untuk mengatasi masalah nyata. Ia menyadari bahwa AS perlu memobilisasi sumber daya untuk mempercepat bantuan.
Menurut Ari, saat ini UI aktif membantu masyarakat dan pengambil kebijakan dalam sejumlah langkah penanganan pandemi. Misalnya, peneliti UI menemukan mobile ventilator yang disebut COVENT-20.
UI juga berbagi keahlian dengan pemangku kepentingan untuk menyampaikan policy brief. “Kami juga meningkatkan RS Universitas Indonesia sebagai rumah sakit rujukan dalam pengujian, perawatan pasien covid-19, serta pusat vaksinasi. Berbagai upaya juga telah dilakukan untuk mengatasi dampak tidak langsung dari pandemi, misalnya pada kesehatan mental dan kesejahteraan siswa,” kata Ari.
Ari mengatakan, bahwa saat ini UI sedang melakukan reorientasi visi universitas menuju Entrepreneurial University. Penelitian dan inovasi saling berhubungan dengan semua sektor.
Bersama sektor publik dan swasta, ilmuwan, dan masyarakat, UI bertanggung jawab untuk mengadvokasi keberlanjutan. “Ini adalah salah satu masalah mendesak yang harus kita tangani dengan segera, membangun kehidupan yang lebih baik dan keselamatan bagi masyarakat melalui penerapan pengetahuan, mengubah sumber daya menjadi produk dan layanan, tanpa mengorbankan masyarakat dan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka,” ujar Ari.
Rektor UI berharap hubungan UI dengan AS menjadi bagian dari kekuatan pendorong dalam upaya bersama mengatasi masalah global saat ini. Selain itu juga mengantisipasi ketidakpastian di masa depan. “Kami percaya bahwa kami dapat memunculkan ide-ide, intisari pengetahuan, untuk bekerja sama,” kata. Ari.