Webinar Pra Puncak Dies Natalis Ke-71 FEB UI, Bincang Living a Legacy: Apa Kata Mereka?

0

Webinar Pra Puncak Dies Natalis Ke-71 FEB UI, Bincang Living a Legacy: Apa Kata Mereka?

 

Nino Eka Putra dan Rifdah Khalisa ~ Humas FEB UI

DEPOK – (4/12/2021) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia menggelar Webinar Pra Puncak Dies Natalis FEB UI Ke-71, bertajuk “Bincang Living a Legacy: Apa Kata Mereka?” secara hybrid, pada Sabtu (4/12). Webinar terbagi atas 2 sesi talkshow, menghadirkan para almamater FEB UI sebagai pembicara.

Mengawali acara, Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, Teguh Dartanto menuturkan, bahwa webinar ini menghadirkan para alumni FEB UI lintas generasi untuk memaknai ‘living a legacy’ dengan perspektif yang berbeda.

Dalam masa pimpinannya, Teguh menekankan akan berusaha membuka diskusi dan menerima aspirasi dari berbagai pemangku kepentingan di FEB UI. Ia mengatakan, “Ada banyak harapan pemangku kepentingan di FEB UI ke depan. Mereka ingin FEB UI selalu unggul di nasional, dan meraih triple crown accreditation di internasional, meningkatkan peran sentral alumni di swasta dan pemerintahan, dan menjadi bagian dari entrepreneurial university. Kami akan membangun FEB UI, rumah untuk semua, yang inklusif, relevan, dan bereputasi. Maka, peran alumni sangat krusial untuk mewujudkan mimpi FEB UI.”

Talkshow Sesi 1 – Alumni Tahun 1991

Menteri Koordinator Perekonomian Periode 2001-2004 Prof. Dr. Dorodjatun Kuntjoro-Jakti berpesan kepada kawula muda yang akan berjalan jauh ke depan. “Saat ini, saya melihat kawula muda tengah menghadapi situasi eksogen. Kita tidak dapat menganggap mudah risiko yang mungkin muncul, karena pandemi COVID-19 berkelanjutan dengan mutan baru. Lalu, usai COP26 di Glasgow, ada keharusan bagi setiap negara agar menjaga temperatur global tidak naik lebih dari 1,5 derajat celcius.”

Menurutnya, persoalan tersebut akan membatasi pilihan dan mempersulit posisi kita. Maka, para penerus bangsa harus lebih berhati-hati dalam mengamankan kebijakan di masa mendatang.

Lalu, Menteri Riset dan Teknologi Periode 2019-2021 Prof. Bambang PS. Brodjonegoro, Ph.D., mengingatkan bahwa upaya pemulihan pandemi tentu sangat berbeda, khususnya secara ekonomi, dengan pemulihan usai global financial crisis pada 2008 dan 1998.

Ia memberikan saran untuk tetap memaksimalkan kontribusi di tengah keterbatasan ruang gerak. “Kuncinya, segenap warga FEB UI—para mahasiswa, dosen, dan alumni—harus selalu adaptif, menyesuaikan dengan kondisi yang berubah drastis. Terlebih, durasi antar revolusi teknologi semakin pendek karena iklim persaingan kian ketat,”

“Dalam pemulihan usai pandemi, saya menekankan untuk semakin kuat menerapkan prinsip sustainability. Tidak hanya dari aspek lingkungan, tetapi perlu mengaitkannya dengan aspek ekonomi dan sosial pula. Perlu ada keseimbangan penerapan green economy sehingga tidak memperluas disparitas pada masyarakat.”

Presiden Direktur PT Unilever Indonesia Tbk Ira Noviarti melihat tantangan perusahaan, baik lokal maupun multinasional, sungguh luar biasa dalam menghadapi pandemi. Kini, permintaan konsumen semakin personal. Polanya pun berubah, tren kebersihan lebih mendominasi saat menentukan pilihan. Jadi, perusahaan harus memikirkan dan meneliti kembali untuk memahami kebutuhan tersebut.

Ia membahas tantangan perusahaan lainnya, “Faktor teknologi dan digitalisasi mempermudah player untuk masuk ke dalam market. Mereka tidak harus memiliki manufaktur sendiri, hanya perlu meminta pihak lain untuk membuat produknya. Lalu, menyajikan atau mendistribusi produk tersebut melalui saluran digital, seperti e-commerce, sehingga kompetisinya sangat agresif.”

Talkshow Sesi 2 – Alumni Tahun 1991-Sekarang

CEO kitabisa.com Alfatih Timur menceritakan pengalamannya selama berkuliah di FEB UI. Ia aktif mengikuti organisasi kemahasiswaan dan lulus menjadi Sarjana Ekonomi 4,5 tahun. Awal kuliah di FEB UI ia sempat mengalami culture shock, sebab sebelumnya selama itu tinggal di daerah dan baru pertama harus merantau ke kota besar (Depok). Namun, ia memberanikan diri untuk bergabung di 11 organisasi kepanitiaan FEB UI yang berbeda-beda. Ini membuat ia lebih kenal para mahasiswa dari berbagai segmen dan latar belakang, serta memperkaya perspektif sebagai anak daerah. Pengalaman selama mengikuti keorganisasian, salah satunya Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) FEB UI, dan UI pada Departemen Kajian Strategis yang mengurusi isu-isu sosial-politik dan mengumpulkan donasi, membuat ia termotivasi mendirikan kitabisa.com, setelah lulus dari FEB UI. Di situ ia dibantu oleh mentornya Prof. Rhenald Kasali, Ph.D., Guru Besar FEB UI.

Hal selaras juga disampaikan Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan RI, Febrio Nathan Kacaribu, Ph.D.. Awal memasuki perkuliahan di FEB UI, ia mengalami shock karena berasal dari daerah, ia harus melakukan adaptasi dengan suasana kota besar. Di sini ia merasakan manfaat orientasi pengenalan kampus atau ospek pada awal kuliah di FEB UI, untuk saling kenal satu sama lain karena didorong bekerjasama dan berinteraksi.

“Harapan saya untuk para mahasiswa FEB UI ialah kejarlah passion Anda dalam bekerja atau berkarier, sesuai kemampuan yang dimiliki dan lakukan dengan baik serta penuh semangat, sehingga bisa memberikan rasa kepuasaan dan kebahagiaan bagi diri sendiri,” pesan Febrio.

Cofounder and CPO Awan Tunai Windy Natriavi menjelaskan inklusi dan kesetaraan saat ini sudah menjadi kewajiban dalam dunia pekerjaan karena bisa menambah nilai perekonomian. Misalnya, awal berkarier, ia bekerja di perusahaan Gojek. Salah satu permasalahan Gojek pada saat itu ialah bagaimana mengatasi keamanan bagi kaum perempuan saat berkendara menggunakan Gojek. Dari sinilah, perempuan menuntut kesetaraan gender agar Gojek juga bisa dinikmati bukan hanya untuk kaum pria. Hal yang sama juga dilakukan di Awan Tunai sekarang ini terhadap kesetaraan gender, mengingat, 60% pelaku UMKM di Awan Tunai adalah kaum perempuan.

Windy mengaku selama masa studi di FEB UI, ia sangat ingin mencoba hal-hal baru. Bagi para mahasiswa yang masih berkuliah di  FEB UI, ini kesempatan sangat luar biasa untuk mencari pengalaman di luar pembelajaran, karena bisa menjadikan diri kita untuk berani mencoba, berani gagal, membangun kompetisi dan reputasi.

Sementara Presiden Direktur PT Bank Aladin Syariah Tbk, Dyota Marsudi, memberikan pandangannya mengenai selama menempuh masa studi di FEB UI, ia tidak terlalu aktif di lingkungan FEB UI dan lebih aktif mengikuti debat di Pusgiwa UI. Hal yang bisa dilakukan agar bisa berkontribusi untuk masyarakat ialah memiliki  rasa keingintahuan. Mengingat, semua perpindahan karier dirinya, didorong oleh rasa keingintahuan dan didukung analisis.

“Saya bukan berasal dari background teknologi namun mendapatkan ilmu teknologi dari berbagai pengalaman bekerja. Dari situlah, saya bersama rekan-rekan menciptakan bank Syariah bernama ‘Aladin,’ dengan tujuan untuk memberikan kontribusi terhadap bangsa dan negara. Apabila kita ingin mempunyai karier yang disukai maka faktor pendorongnya berupa rasa keingintahuan,” jelas Dyota.

Pada kesempatan yang sama, Ketua ILUNI FEB UI Destry Damayanti memberikan sambutan bahwa kolaborasi antara FEB dengan ILUNI sangat erat. Ini dibuktikan dengan program giving back ILUNI, karena kesuksesan Fakultas tidak lepas dari peran kontribusi ILUNI terhadap almamater. ILUNI memberikan dukungan  kepada FEB UI berbentuk renovasi ruangan kelas, gedung, dan sebagainya.

“Dipenghujung 2021, ILUNI bersama alumni  serta korporasi/perusahaan melakukan renovasi Gedung Departemen Ilmu Ekonomi, juga menambahkan di dalamnya ruangan untuk pembelajaran hybrid nantinya. Ke depannya, peran ILUNI perlu ditingkatkan tak hanya dalam bentuk fisik namun juga dalam bentuk sharing knowledge di dunia nyata kepada para mahasiswa,” demikian Destry menutup sambutannya. (hjtp)