POST-EVENT PRESS RELEASE
LM FEB UI, BRIDGE Seminar Series: Developing Strategic Network – Percepatan Efektivitas Eksekutif Baru
DEPOK- (16/3/2022) Lembaga Management FEB UI (LM FEB UI) menyelenggakan seri webinar dan diskusi virtual mengenai isu-isu manajerial kontemporer yang terjadi pada dunia bisnis Indonesia. Dengan pembahasan yang dicakup pada kesempatan ini adalah terkait dengan tantangan dan cara eksekutif baru dalam membangun relasi yang baik dalam rangka meningkatkan efektivitas kinerjanya.
Webinar ini diselenggarakan pada hari Rabu (16/3) dengan pembicara, yakni Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko PT Kereta Api Indonesia (Persero) Salustra Wijaya dan dimoderatori oleh Konsultan Senior LM FEB UI Lisa F Akbar. LM FEB UI menginisiasi diskusi ini sebagai sebuah bentuk pembelajaran dari praktisi berpengalaman mengenai aspek-aspek manajerial tertentu yang diharapkan memberikan insight bagi pengajar, pelajar maupun praktisi lain di dunia bisnis.
Berawal dari pembahasan pada artikel Harvard Business School Review edisi November-Desember 2021 berjudul “How to Succeed Quickly in a New Roles, Five Ways to build Strategic Network” yang melaporkan hasil riset bahwa dewasa ini terjadi perpindahan yang relatif cepat dari para eksekutif perusahaan, baik internal maupun lintas perusahaan. Hasil riset menemukan sekitar 27-49 % eksekutif yang berpindah tersebut dinilai underperform. Hal tersebut menumbuhkan pertanyaan terkait apa saja yang harus disiapkan oleh eksekutif baru tersebut maupun perusahaan untuk meningkatkan performa dari eksekutif baru.
Pertimbangan senada juga menjadi fokus utama dari Salustra Wijaya. Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko PT Kereta Api Indonesia (Persero) ini menyatakan bahwa kebutuhan terhadap eksekutif baru adalah hal yang tak terhindarkan di dunia bisnis. Salustra menyatakan setidanya ada 6 (enam) alasan yang umum terkait kebutuhan eksekutif baru, yakni 1) adanya eksekutif yang pensiun/mengundurkan diri, 2) career development path, 3) penyegaran terhadap unit/bidang, 4) kebutuhan skill-set yang baru, 5) perubahan model bisnis perusahaan, dan 6) perubahan struktur organisasi.
Lebih lanjutnya, Salustra menjelaskan, ada beberapa faktor kunci yang berkontribusi pada kegagalan dalam transisi eksekutif baru, seperti buruknya program on-boarding pada eksekutif baru, tour-of-duty yang terlalu singkat serta buruknya kualitas dokumentasi dari eksekutif lama kepada eksekutif baru. Berdasarkan pengalaman Salustra, hal tersebut dapat dituntaskan dengan perbaikan program transisi antar eksekutif serta peningkatan kualitas dari knowledge sharing, dalam bentuk formal maupun informal.
Khususnya pada bagian knowledge sharing yang dibutuhkan eksekutif baru tersebut, dibutuhkan beberapa kualitas individu yang dimiliki oleh eksekutif baru. Terkait hal tersebut, Salustra menggaris bawahi 3 aspek khusus yang paling penting menentukan kesuksesan seorang eksekutif. 3 hal tersebut adalah kejujuran, disiplin, serta kemudahan seseorang dalam pergaulan (ability to get along with people).
Salustra lebih lanjut juga menyampaikan pengalamannya selama ini, dalam konteks perusahaan Indonesia, ia menganggap bahwa sesungguhnya sesama pegawai secara umum relatif kooperatif dan memiliki sikap yang mengedepankan ramah tamah. Tidak jarang komunikasi dan hubungan yang baik dibangun dari aspek-aspek informal seperti adanya kesamaan dari hobi masing-masing eksekutif. Hal tersebut dianggapnya sebagai sebuah cara yang efektif untuk menjembatani perbedaan antar masing-masing eksekutif serta perbedaan yang terkadang menyulitkan eksekutif baru dalam beroperasi secara efektif pada perannya.
Lebih lanjutnya, Salustra berkomentar mengenai komunikasi yang terjadi di level direksi. Berdasarkan pengalamannya, komunikasi yang baik menjadi lebih penting lagi. Pernah terjadi sebuah keadaan saat direksi tidak dapat mencapai satu kesimpulan hanya karena komunikasi yang tidak baik. Kemampuan mendengar pendapat, memposisikan diri, dan mengkomunikasikan gagasan, menjadi sebuah advantage yang besar dalam sebuah forum di level tersebut. Hal ini juga didorong dengan trend kultur kerja saat ini kolaborasi mulai lebih dinilai ketimbang personal achievement eksekutif tersebut. Kemampuan penciptaan tim yang dapat kolaboratif juga menjadi penting, dilengkapi dengan kemampuan masing-masing anggota tim dalam menempatkan diri.
Meskipun komunikasi dan networking ini adalah hal yang krusial, namun faktor-faktor ini tidak serta merta menjadi satu-satunya cara untuk meningkatkan efektivitas eksekutif baru. Ada hal-hal seperti kemampuan leadership, kemampuan pada bidang keahlian, sampai hal-hal yang tidak lagi merupakan kuasa dari eksekutif tersebut, seperti faktor keberuntungan.
—
Seri webinar BRIDGE ini berlangsung kurang lebih 90 menit dengan adanya diskusi virtual dari sesi Q&A pada akhir rangkaian yang diramaikan oleh akademisi senior dan prakktisi yang terus menggali pemikiran para akademisi yang juga merupakan peneliti di LM FEB UI. Pantau terus seri-seri webinar LM FEB UI berikutnya melalui akun Instagram @lmfebui. Hubungi Ferdy Nggao (+62 813-3875-3265 atau ferdy.nggao@lmfebui.com) untuk informasi lebih lanjut terkait webinar BRDIGE (BRIDGE Webinar Series).