Ari Kuncoro di HIPMI Digital Fest 2022: Membangun Jiwa Kepemimpinan dengan Kemampuan Membaca Perubahan di Era Disrupsi

Ari Kuncoro di HIPMI Digital Fest 2022: Membangun Jiwa Kepemimpinan dengan Kemampuan Membaca Perubahan di Era Disrupsi

 

Rifdah Khalisha – Humas FEB UI

DEPOK – (31/3/2022) Rektor Universitas Indonesia (UI) Ari Kuncoro menjadi pembicara dalam acara “Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Digital Fest 2022” pada Kamis (31/3). Kegiatan ini untuk mengembangkan para talenta muda dari berbagai kalangan akademisi, pengusaha, profesional, dan UMKM. Harapan ke depannya, mereka mampu menjadi pemimpin, baik di pemerintahan maupun perusahaan, dengan kompetensi pemahaman akan disrupsi. Selain itu, mereka mampu bertahan dan beradaptasi di pesatnya disrupsi tersebut.

Sesuai dengan tema Digital Industry from Survival to Revival, Ari berbicara tentang membangun jiwa kepemimpinan dengan kemampuan membaca perubahan di era disrupsi. Dalam buku “The Great Reversal” oleh Goodhart dan Pradhan (2019) tertulis, deglobalisasi dengan turunannya, seperti inflasi, perlambatan pertumbuhan, penurunan produktivitas, dan pengangguran, akan kembali sebagai keseimbangan baru. Globalisasi mirip seperti pendulum yang bisa datang dan pergi kapan pun.

Fenomena era disrupsi seakan terlihat sebagai ancaman. Namun, Ari memandang di balik ancaman tersebut, justru membuka kesempatan untuk mencetak sejarah baru, misalnya penemuan televisi dan stasiun televisi yang menciptakan perubahan besar di dunia. Penemuan ini hadir tepat saat masyarakat sudah mulai bosan dengan radio.

Ia mengungkapkan, “Fenomena ini sama persis dengan situasi setelah masa pandemi. Dalam bidang ekonomi, adanya dampak signifikan pada rantai pasokan dunia. Selain itu, kegiatan yang berubah drastis serba online dari rumah telah mengubah gaya hidup, muncul rasa ingin kehidupan dengan tingkat stres lebih rendah (the great resignation) dan keluar rumah untuk relaksasi atau rekreasi. Situasi tersebut merupakan peluang karena masyarakat butuh sektor pariwisata.”

Lebih lanjut, Ari membahas konflik Rusia dan Ukraina termasuk globalisasi karena seluruh negara di dunia turut terkena dampaknya, “Hanya dalam kurun waktu seminggu, invasi Rusia ke Ukraina telah mengubah perekonomian global, memungkinkan pembagian kerja antara berbagai negara di dunia melalui penekanan biaya produksi global. Oleh karena itu, negara di sekutu barat menerapkan strategi sanksi ekonomi untuk mengucilkan Rusia dari perekonomian global.”

Konflik di Rusia pun mengakibatkan kenaikan harga pada hampir semua produk di dunia, seperti gas, gandum, dan minyak. Kita bisa melihatnya sebagai peluang penggantian produk impor dengan penguatan produksi dalam negeri karena adanya prinsip substitusi, seseorang akan mengganti ke produk yang relatif lebih murah atau mengganti ke kebiasaan yang lain.

“Tugas para pemimpin dalam negeri adalah mengamati fakta—baik makro maupun mikro—dan menghubungkan antar gagasan untuk pengambilan keputusan. Dari sisi makro, pergerakan bersama indikator kesehatan dan ekonomi yang menandakan arah pergeseran. Sementara perilaku mikro, pengamatan situasi dunia setelah pandemi yang membawa dampak perubahan pada perilaku masyarakat,” ujarnya.

Akhir kata, Ari menekankan bahwa Indonesia tidak dapat memalingkan diri dari ekonomi global karena pandemi memberikan kesempatan untuk masuk lebih dalam ke rantai pasokan internasional (ekspor). Pada saat yang sama, Indonesia harus menjaga pertumbuhan dan mengendalikan inflasi dengan memperkuat sisi produksi dalam negeri.

Terlihat dari pola pemulihan triwulan I hingga triwulan IV 2021, apabila masyarakat disiplin protokol kesehatan, maka sisi permintaan—khususnya pada kelas menengah—akan merangkak naik. Terlebih, pada ke sektor berbasis mobilitas, seperti pariwisata, perdagangan, akomodasi yang memiliki daya ungkit. (mh)