Sharing Session dan Cultural Event ‘Innovative Business Ideas in the Midst of the Pandemic’

Sharing Session dan Cultural Event Innovative Business Ideas in the Midst of the Pandemic’

dengan Mahasiswa National University of Singapore, Tongmyong University, dan Harvard University

 

Rifdah Khalisha – Humas FEB UI

JAKARTA – (8/7/2023) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas melalui International Office menggelar Sharing Session dan Cultural Event bertajuk ‘Innovative Business Ideas in the Midst of the Pandemic’ di Ruang 216, Gedung Magister Manajemen FEB UI, pada Sabtu (8/7).

Acara ini menghadirkan Mutia Murwanti (Director dan Digital Transformation Lead, Frisian Flag Indonesia) dan Ni Putu Desinthya (Deputy Director Sharia Economy and Halal Industry KNEKS) sebagai pembicara. Sementara para peserta merupakan mahasiswa dari National University of Singapore, Tongmyong University, dan Harvard University.

Mutia mengutarakan bahwa saat pandemi COVID-19, seluruh dunia tidak memiliki pengalaman bagaimana menghadapinya. “Adopsi dan akselerasi teknologi digital secara drastis mengubah cara bisnis beroperasi. Teknologi mendorong perusahaan untuk tetap menyelesaikan pekerjaan dengan cepat meski tidak berada di ruang yang sama. Mau tidak mau, kita harus beradaptasi dan meningkatkan kapasitas diri, misalnya terbiasa menggunakan Zoom untuk koordinasi.”

“Selain itu, bisnis tetap harus bergerak cepat, termasuk pada perusahaan Fast Moving Consumer Good (FMCG), dengan menyediakan layanan dan produk yang belum pernah ada sebelumnya. Hanya bermodal melihat data, kita harus mampu menganalisis dan memprediksi arah tren di masa depan. Tepatnya, dituntut cerdas melihat peluang dan mengoptimalkan sumber daya karena perubahan consumer behaviour,” imbuhnya.

Kemudian, Mutia memaparkan, Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan beragam suku bangsa. Maka, perusahaan FMCG pun harus memiliki strategi pemasaran yang unik, misalnya menyediakan produk berbeda yang relevan untuk setiap daerah dengan keragaman karakteristik audiens. 

Menurutnya, sangat krusial untuk mencapai target penjualan, tetapi hal paling utama adalah membangun hubungan baik jangka panjang dengan konsumen. Customer experience tidak hanya terbentuk dari produk maupun layanan, tetapi dari pengalaman dan komunikasi dengan konsumen.

“Di Indonesia, strategi word of mouth sangat ampuh dalam membangun kepercayaan konsumen. Jadi, kita sebagai marketer harus jujur saat menyampaikan informasi produk. Berikan solusi terbaik dan touch points atas permasalahan konsumen,” tegasnya.

Pada sesi selanjutnya, Desinthya menjelaskan, “Indonesia sebagai populasi terbesar ke-4 di dunia, lebih dari 56,7% penduduknya tinggal di perkotaan dengan gaya hidup modern dan daya beli yang terbilang tinggi. Maka, tak heran apabila Indonesia menawarkan peluang industri halal yang sangat penting berkontribusi bagi perekonomian nasional. Mulai dari sumber daya alam melimpah hingga populasi muda yang cerdas digital menempatkan Indonesia sebagai salah satu tujuan investasi paling disukai di dunia.”

Saat ini, terlihat bahwa berbagai perusahaan dunia yang berlokasi di Indonesia mulai menyesuaikan produknya berdasarkan tren dan kebutuhan lokal, di antaranya Uniqlo’s Modest Muslim Wear, Nike’s Muslim Sportswear, Unilever’s Halal Dish Soap, dan McDonald’s Indonesian Flavor Products.

Desinthya mengatakan, “Konsumen produk halal sangat memerhatikan kesehatan, kebersihan, dan kewajaran produk atau disebut dengan thayyib. Oleh karena itu, kita butuh pengembangan Sistem Jaminan Halal (SJH) yang komprehensif guna mendukung percepatan industri produk halal nasional.”

“Harapannya, industri nasional mulai berdaya saing dan menguatkan halal value chain dalam berbagai produk dan layanan, misalnya makanan, keuangan, kosmetik, kawasan industri, pariwisata, marketplace, dan lainnya, dalam upaya menjalankan peran Indonesia sebagai bagian penting dari global halal value chain,” ujarnya mengakhiri pemaparan.

Acara ditutup dengan penampilan lagu daerah dan tarian tradisional Indonesia dari Voice of Indonesia dan Maheswari Production. Tak hanya itu, mahasiswa pun belajar gerakan sederhana tarian tradisional yang berasal dari Maumere, Nusa Tenggara Timur (NTT). (hr)