Dikukuhkan sebagai Guru Besar UI, Sari Wahyuni Ungkap Pentingnya Repositioning Strategy Investasi di Era Circular Economy
Rifdah Khalisha – Humas FEB UI
DEPOK – (29/7/2023) Universitas Indonesia mengukuhkan Prof. Sari Wahyuni, SIP., M.Sc., Ph.D. (Dosen Departemen Manajemen FEB UI) sebagai Guru Besar Tetap Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia secara offline, pada Sabtu (29/7). Prosesi ini dilaksanakan di Balai Sidang UI, Depok dan disiarkan secara virtual melalui kanal YouTube Universitas Indonesia dan UI Teve.
Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Republik Indonesia melalui Surat Keputusan resmi menetapkan Prof. Sari Wahyuni sebagai Guru Besar Bidang Ilmu Manajemen Manajemen Stratejik, pada 01 April 2023. Pada pengukuhannya, ia mengutarakan terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung penuh perjalanan hidup dan pencapaian guru besar tersebut.
Upacara pengukuhan Prof. Sari digelar bersamaan dengan Guru Besar Tetap UI lainnya, yakni Prof. Dr. Ratna Wardhani S.E., M.Si. (Departemen Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis).
Prof. Sari membahas “Repositioning Strategy Investasi di Era Circular Economy” dalam orasi ilmiahnya. Ia mengutarakan bahwa sejatinya Indonesia telah memiliki natural resources yang berlimpah sebagai magnet investasi. Namun, fakta menunjukkan banyak negara tanpa resources pun mampu mengembangkan investasinya secara pesat, seperti Singapura dan Thailand yang berhasil membangun value chain automotive sehingga dikenal sebagai Detroit of Asia. Demikian pula Malaysia yang termasyhur sebagai the Silicon Valley of the East. Seluruhnya bermuara pada strategi memposisikan diri dalam kancah persaingan investasi dunia beserta komitmen untuk menopang strategi tersebut.
Oleh karena itu, peran repositioning strategy sangatlah penting di tengah banyaknya perubahan di sekeliling kita, semula strategi investasi umum menuju strategi yang lebih innovation driven, unik, dan berdaya saing yang berkelanjutan. Lebih lanjut, perlu menerapkan Environment Social Governance (ESG) secara menyeluruh
“Kita harus mengubah mindset dan melakukan change management di setiap lini bisnis. Strategi investasi yang dirancang harus pintar, cermat, dan tangkas dengan melihat peluang yang ada,” ungkap Prof. Sari dalam pemaparannya.
Di masa pandemi COVID-19 kemarin, kita merasakan laju investasi sangat melemah. Bahkan, banyak pihak yang terpaksa banting setir ataupun gulung tikar. Namun, inilah saat yang tepat bagi pemerintah untuk menggalakan repositioning strategy dengan melakukan strategic positioning yang jelas dibandingkan dengan kawasan ekonomi dunia lainnya.
Sebuah negara butuh berbagai kebijakan dalam upaya menarik para investor yang biasa disebut sebagai tiga pilar tahap investasi, yakni (1) faktor penggerak ekonomi adalah kebutuhan dasar untuk investasi, seperti makro ekonomi yang bagus dan infrastruktur yang memadai; (2) peningkatan efisiensi pada proses produksi, keberadaan supply chain yang andal, kualitas produk, kesiapan teknologi, tenaga kerja terlatih, serta akses ke sumber keuangan perlu dipersiapkan; serta (3) penggerak inovasi, seperti dirancangnya innovation business models dan proses produksi yang lebih baik, aktifnya research and development center, transfer of knowledge, serta institusi penghubung antara produk inovasi dengan pasar.
Ia menegaskan, repositioning strategy kawasan industri harus menekankan manfaat jangka panjang dari investasi sirkular. Meskipun beberapa solusi sirkular mungkin memerlukan biaya di muka, tetapi memberikan hallo economy impact, pendapatan baru bagi perusahaan, dan penyelamatan lingkungan bagi anak cucu ke depan.
Penerapan ekonomi sirkular adalah bagian penting dari strategi Environment Social Governance (ESG). Maka, penting untuk mendukung perusahaan dalam mengubah paradigmanya dan meningkatkan kesadaran akan manfaat transformasi industri yang berkelanjutan dengan pembentukan Industrial Symbiosis Network (ISN), sebagai upaya perusahaan memenuhi tanggung jawabnya atas dampak eksternal bisnis mereka sekaligus meminimalkan investasi.
Akhir kata ia mengatakan, “Berinvestasi dalam ekonomi sirkular bukan hanya pilihan etis, tetapi termasuk langkah strategis dan menguntungkan. Dengan menyelaraskan strategi investasi dengan prinsip sirkular, kita dapat mendorong perubahan positif, memitigasi risiko lingkungan, dan mendorong pertumbuhan ekonomi berkelanjutan. Mari, kita raih kesempatan ini untuk membentuk masa depan yang mana limbah menjadi sumber daya yang berharga sehingga planet kita tumbuh subur untuk generasi yang akan datang.”
Prof. Sari Wahyuni menyelesaikan pendidikan Sarjana Sosial dan Politik di Universitas Gadjah Mada, pada 1993. Lalu, berhasil meraih gelar Master of Science in International Business pada 1999 dan Doctor of Philosophy in Management & Organization pada 2003 di University of Groningen, The Netherlands.
Beberapa karya bukunya dalam beberapa tahun terakhir, yakni Riset Kualitatif: Strategi dan Contoh Praktis (2023), Panduan Praktis: Strategi Kawasan Ekonomi Khusus (2018), dan Developing Special Economic Zone: Benchmarking between Indonesia, Thailand, Malaysia, and China, Indonesian Ministry of Trade (2013). (hr)