Praktisi Bagikan Manajemen Resiko Pada Industri Perbankan
Melva Costanty – Humas FEB UI
DEPOK – Industri perbankan mempunyai hubungan yang kuat dengan pembangunan ekonomi. Resiko kredit, resiko pasar dan resiko operasi merupakan resiko utama yang dihadapi bank. Resiko kredit terjadi sebagai konsekuensi dari potensial kreditor yang lalai, turunnya suku bunga serta resiko lain dari pihak ketiga. Resiko pasar merupakan konsekuensi dari pasar yang tidak stabil, sedangkan resiko operasional terjadi dari semua aktifitas perbankan. Kesatuan tindakan dan peringatan dini membantu untuk mengantisipasi krisis akibat resiko-resiko yang mungkin terjadi. Oleh karena itu, bank membutuhkan kerangka kerja manajemen risiko yang komprehensif untuk mengantisipasi semua risiko dan mengedepankan penciptaan nilai baru.
Wawasan mengenai Manajemen Resiko Perusahaan dalam bidang perbankan ini dibagikan oleh Alfanendya Safudi, FRM, CFA, Head of Credit Portfolio Risk at Bank Mandiri dalam Kuliah Tamu Mata Kuliah Manajemen Resiko yang diselenggarakan Departemen Akuntansi di Student Center, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia (7/12/2019).
Kuliah tamu menjembatani pengetahuan yang diperoleh di kampus dan keadaan dalam industri yag sebenarnya. “Saya lihat ini sebetulnya menambah knowledge dan wawasan untuk mahasiswa. Mudah-mudahan apa yang disampaikan itu bisa jadi semacam bridging untuk tahu industrinya itu seperti apa. karena kan mungkin salah satu kelemahan dari pendidikan kita mungkin bagaimana menjembatani antara akademisi dan juga industri,” ujar Alfanendya
Alfanendya juga menyampaikan pesan bagi mahasiswa yang tertarik dalam manajemen resiko, terutama pada bidang perbankan. “Risk management itu yang terkait regulasi itu pasti ada, karena secara continue pasti keluar regulasi baru. Tapi yang tren sekarang itu adalah data analitics dan digital banking. jadi kalau mau ke risk management rasanya dua kapabilitas itu data analitics dan digital banking bisa dipelajari dari sekarang.” (Des)