Bincang Sore Bersama FEB UI#1 : Covid-19 dan Kapasitas BUMN
Hana Fajria – Humas FEB UI
Depok – Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia bersama Tim Lembaga Manajemen FEB UI menggagas acara Bincang Sore Bersama FEB UI dengan webinar, pada Selasa (28/4/2020).
Kegiatan ini dibuka oleh Beta Gitahari, PJ Dekan FEB UI, yang dalam sambutannya menjelaskan bahwa acara Bincang Sore Bersama FEB UI ini diinisiasi dari pemikiran apa yang bisa FEB UI sumbangkan pada saat pandemi Covid 19. Saat kita semua sedang di rumah saja, bekerja jarak jauh, bagaimana agar kita tetap mengupayakan sumbang saran dan pikiran yang berhubungan dengan proses bisnis, usaha dan masyarakat yang terkena dampak Covid 19.
Beta menambah, Bincang Sore bersama FEB UI merupakan rangkaian kegiatan berisikan 6 seri diskusi secara daring, yang direncanakan akan berlangsung setiap 1 minggu sekali. Tujuan diselenggarakan acara ini adalah, pertama untuk berbagi pemikiran tentang ekonomi, bisnis, masyarakat, tenaga kerja di tengah pandemi Covid 19. Yang kedua, sebagai bentuk kepedulian sosial untuk membantu adik mahasiswa, khususnya mahasiswa S1, yang mengalami kesulitan untuk membiayai paket internet selama Pembelajaran Jarak Jauh. Agar tujuan sosial ini dapat terwujud, FEB UI bekerja sama dengan ILUNI FEB UI, menggalang dana melalui cara menawarkan e-sertifikat bagi peserta yang membutuhkan. Mereka dapat memperoleh e-sertifikat tersebut dengan cara membayar Rp 100.000 (ditambah kode unik 10 di belakangnya). ILUNI FEB UI akan mengirimkan dana tersebut kepada mahasiswa yang memang membutuhkan.
Bincang Sore perdana ini menghadirkan Dr. Willem Makaliwe selaku Kepala Lembaga Manajemen FEB UI bersama tim. Topik yang diangkat pada bincang ini, memaparkan mengenai kapasitas BUMN secara komprehensif dan bagaimana implikasi dampak dari covid 19. Dilansir dari Kementerian Keuangan RI, terdapat empat sektor yang paling terdampak oleh covid-19 diantaranya sektor UMKM, sektor perdagangan, sektor manufaktur dan sektor transportasi dan akomodasi. BUMN yang sangat terpengaruh oleh covid-19 adalah BUMN sektor pariwisata dan transportasi, sektor yang memiliki pasar ekspor, sektor yang elastis terhadap pertumbuhan ekonomi, dan sektor dengan bahan baku impor.
Willem menjelaskan aspek terdampak dalam proses bisnis perusahaan BUMN ini meliputi dari proses input bisnis, proses produksi hingga output dan pasar. Input bisnis meliputi bahan baku, sumber keuangan, dan sumber daya manusia, sedangkan proses produksi mencakup seluruh kegiatan operasional hingga proses output, dan terakhir proses penyampainan produk pada konsumen,
Dampak sepanjang proses bisnis perusahaan berpengaruh pada proses input seperti terganggunya ketersediaan bahan baku (supply chain), kenaikan cost of capital, terganggunya cashflow perusahaan dan kapabilitas keuangan menurun, penurunan jumlah jam kerja perusahaan hingga perubahan nilai tukar. Pengaruh pada proses produksi, seperti berjalannya biaya tetap operasional (listrik, sewa dll), menurunnya efisiensi dan kapasitas produksi, hingga produktivitas SDM. Sedangkan pada output (pasar) disebutkan rantai pemasaran (retailer, agen, dan distributor) yang terganggu, logistik yang terhambat, konsumen yang merealokasikan dana untuk konsumsi tertentu (bahan kebutuhan pokok), daya beli masyarakat menurun serta daya serap pasar ekspor dan domestik pun menurun.
Implikasi Covid 19 terjadi pada beberapa sector, seperti BUMN pariwisata dan transportasi, contohnya terjadi pada Garuda Indonesia, Angkasa Pura, Perhotelan dan Tempat Wisata, Kereta Api Indonesia, Pelindo, ASDP, Pelni, PPD, Damri. BUMN dengan pasar ekspor besar pada PTPN (Perkebunan) dan MIND ID (Pertambangan Non-Migas). BUMN manufaktur terjadi pada BUMN sektor Industri Pengolahan, pada BUMN perdagangan dan logistik, sedangkan BUMN dengan bahan baku impor terjadi pada Pertamina dan Farmasi.
“Pendapatan keseluruhan pada 2020 diestimasi menurun sebesar 500-1.200 Triliun Rupiah, namun, kecuali BUMN yang sudah rugi sebelumnya, 90% BUMN diestimasi memiliki keuntungan, meskipun menurun”, Willem menyimpulkan.
Menurutnya dunia usaha termasuk BUMN, baru dapat melakukan perencanaan bisnis jika terdapat sinyal pemulihan. Dilihat dari indikator pertambahan pasien positif (terkonfirmasi) sejak 9 April 2020 hingga 28 April 2020 berada dalam interval 250-450, dengan tren menurun. Jika dalam periode dua minggu berikut (sampai dengan 14 Mei 2020) tren naik, maka masih proses mendaki. Sebaliknya, jika dalam periode yang sama tren menurun, maka perencanaan dapat dilakukan dan gelombang PHK dapat dihindari. Efeknya, dunia usaha mengalami penurunan khususnya pada Q2 2020 dan dengan demikian performa semester (1H) akan mempengaruhi penurunan performa 2H. Pendapatan BUMN keseluruhan pada 2020 diestimasi menurun sebesar Rp 500 hingga 1.200 Triliun (dari Rp 3.000 Triliun menjadi Rp 2.500 sampai dengan Rp 1.800 Triliun). Namun, kecuali BUMN yang sudah rugi sebelumnya, 90% BUMN diestimasi masih memiliki keuntungan, meskipun terdapat penurunan (Asumsi Covid-19 mendekati selesai pada semester I).
Dalam situasi ketidakpastian, maka diperlukan keterlibatan seluruh aktor menggunakan kapasitas yang dimiliki dalam menanggulangi Covid-19 dan meminimalisir dampaknya secara kolektif. Pemerintah mengalokasikan anggaran hingga Rp 405,1 T, dengan antisipasi defisit anggaran hingga 5,07 %, BUMN mengalokasikan CSR Rp 1-3 T, swasta juga diperkirakan mengalokasikan CSR Rp 1-3 T, akademisi memberikan Insight dan Science Based Knowledge, hingga swadaya masyarakat ikut berperan meminimal dampak Covid 19.
“Kapasitas BUMN bisa membantu pemerintah dalam menghidupkan ekonomi, karena BUMN merupakan kekuatan ekonomi yang sangat besar, dengan kapasitas aset yang besar dan proses birokrasi yang mudah karena internal korporasi. Bantuan BUMN yang paling mudah terlihat adalah bantuan distribusi logistik, karena ia memiliki jaringan cabang pada 34 provinsi dan sebagian besar kabupaten/kota, maka bantuan melalui BUMN dapat menjangkau seluruh wilayah. Bantuan dari BUMN dibutuhkan untuk membantu kerja pemerintah pada penanganan saat dan pasca Covid-19, karena dengan total aset BUMN saat ini sekitar Rp 9.000-10.000 triliun ia memiliki kapasitas untuk memberikan bantuan aspek medis dan ekonomi. BUMN yang memiliki jaringan sangat luas, antara lain PT Pos Indonesia, Perbankan, Asuransi dan Penjaminan (Jasa Raharja, Jamkrindo, Askrindo, dan Jasindo), PNM, Pegadaian, Pertamina, PLN, Garuda Indonesia, dan Telkom, BUMN Transportasi (Pelni, Garuda Indonesia)”, tutup Willem. (hjtp)
Berikut link video acara Bincang Sore Seri #1 :
https://drive.google.com/file/d/1ByLhLb9vyFsByDSgWGGL2tRh6_geb9sd/view?usp=sharing