Bincang CDC FEB UI: Persiapan Pengembangan Karier Bekerja Secara Profesional dan Modern
Restiyana Fajriyah ~ CDC FEB UI
DEPOK – Career Development Center Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (CDC FEB UI) bergabung live streaming Instagram dan Youtube bersama BNI Life, yang membahas mulai dari pemilihan jurusan kuliah, serta mempersiapkan karier sampai proses rekrut selama masa pandemi Covid-19 dan berlangsung pada Rabu (3/6/2020).
Narasumber pada acara ini ialah Fahrul Ismaeni S.E., M.H. Manajer SDM FEB UI yang membahas “Persiapan dan Pengembangan Karier, untuk Bekerja Secara Profesional dan Modern”, dan Danny Alogo Yulianto, Chief Affinity Officer BNI Life, membahas mengenai “Recruitment BNI Life di Masa Pandemi”.
Dengan Pandemi Covid-19 dan adanya pembatasan sosial berskala besar (PSBB) terdapat perubahan aktivitas bisnis. Perusahaan pun harus cepat tanggap dan beradaptasi terhadap yang selama ini untuk proses rekrutmen dan interview dilakukan secara langsung, kini dengan adanya kebijakan work from home dan PSBB, maka proses tersebut akan dilakukan secara online.
Apakah BNI Life melakukan rekrutmen secara online?
Danny Alogo Yulianto menjawab bahwa BNI sudah melakukan rekrutmen secara online dari akhir Februari. Rekrutmen secara online ini dapat mengubah kebiasaan teman-teman rekrutmen untuk melakukan one on one interview. Tetapi, paradigma seperti ini sudah mulai terbiasa oleh teman-teman di rekrutmen, karena secara continous setiap bulannya, melakukan rekrutmen yang sudah cukup banyak minimal 100 orang itu sudah harus tersedia masuk online training.
Awal mula melakukan interview secara online mengalami sedikit kesulitan, namun dari sisi memulainya dan kebiasaan, temen-teman rekrutmen menjadi terbiasa interview online seperti ini. Selain itu, adanya kendala dalam pelaksanaan interview secara online seperti jaringan. Jika jaringan aplikasi lain tidak memungkinkan maka beralih ke aplikasi lainnya.
Hal penting utama yang dilihat saat rekrutmen, yaitu Willingness dalam usaha dan bekerja, dan passion. Pendidikan dan nilai masuk dalam syarat juga, tetapi tidak menjadi satu faktor utama. Aktif di media sosial dalam sisi positif juga memengaruhi keputusan menerima atau tidak.
Begitu juga dengan pendapat Fahrul Ismaeni menambahkan bahwa menentukan Jurusan kuliah untuk calon mahasiswa masuk ke Perguruan Tinggi yang paling penting lebih ke arah passion, karna membuat seseorang berhasil di dunia kerja dan tidak jenuh dengan apa yang dipilih.
Seiring berjalannya waktu, mahasiswa mungkin ada yang merasa tidak cocok dengan mata kuliah atau Jurusan kuliah yang diambil. “Cara mengatasi hal ini, FEB UI mempunyai unit Bimbingan Konseling bagi mahasiswa yang mengalami permasalahan tersebut. Pertama kali dicoba untuk ditreatment psikolog pendidikan, apakah kebosanan yang dialami itu sesaat atau memang ada hal yang mendasar, jika memang masih bisa diperbaiki bisa tetap kembali yang diinginkan pasti itu yang menjadi solusinya,” ujar Fahrul.
Lanjut Fahrul, dunia kerja pasti penuh dengan tantangan yang berbeda dari masa kuliah. Apalagi ditambah dengan budaya perkantoran yang jauh berbeda dengan lingkungan kampus biasanya. Namun, tidak sedikit mahasiswa yang mulai mencoba memasuki dunia pekerjaan melalui program magang yang difasilitasi oleh CDC FEB UI. Magang yang difasilitasi CDC dapat menunjang karier mahasiswa ke depannya.
“Selain itu, CDC FEB UI memberikan pengajaran seperti mempersiapkan mahasiswa FEB UI menghadapi proses wawancara kerja, membuat CV, dan berkomunikasi dalam wawancara maupun kemampuan dasar tersebut. Hal penting itu, di dunia kerja terhadap kecocokan antara orang yang mengemploy dengan si employer sendiri, kebanyakan dari pengalaman hal nya di kampus, lebih banyak meng-hire yang mempunyai karakter khusus, jadi attitude juga dipentingkan,” ungkap Fahrul.
Sementara itu, FEB UI meningkatkan kompetensi standar mahasiswa agar setara dengan lulusan Luar Negeri dengan cara mengembangkan kurikulum dan mengadaptasi sekaligus melakukan benchmark dengan kurikulum-kurikulum yang ada di Luar Negeri, salah satunya mengikuti akreditasi yang bagian dari standardisasi kurikulum. Universitas adalah satu industri yang mempunyai bisnis proses, benchmark, serta standar. Standar yang baik seperti program yang FEB UI punya yaitu pertukaran dosen dan beasiswa.
Ada yang bilang, lulusan Luar Negeri lebih mudah mendapatkan pekerjaan, apakah benar?
Menurut Fahrul, tidak selalu, dengan mengingkatkan kapasitas diri, karater, maupun integritas diri itu modal yang kuat untuk dijadikan engaged di perusahaan. Perusahaan pasti memilih yang mempunyai attitude value, inrasional choice. Namun, di dunia internet seperti ini persaingan menjadi semakin terbuka, artinya untuk mendapatkan pengalaman itu tidak harus dengan ke Luar Negeri, bisa dilakukan dengan googling, kemudian juga bisa mengambil pengalaman dari luar melalui internet.
Dikondisi pandemi ini, ada industri-industri yang mengalami keterpurukan terlebih dahulu dengan cenderung menutup perusahaannya. Mencari kerja di masa pandemi ini tentunya kompetisi semakin besar, yang harus dilakukan mencoba membuat sesuatu yang baru, artinya dengan kemampuan, passion, dan jaringan yang dimiliki yaitu dengan mencoba membuat pekerjaan misalnya menjadi entrepreneur. “Artinya dari sisi kompetisi dari data-data bahwa lebih banyak pengangguran daripada pertumbuhan. Jadi, tidak ada perusahaan yang tumbuh, otomatis tidak ada perekrutan dan itu normal terjadi dimasa pandemi saat ini. Bisa menjadi entrepreneur menjadi solusi di masa pandemi ini,” jelas Fahrul.
Bekerja profesional dan modern pasti yang diinginkan para calon pekerja. Namun sering kali pertanyaan seperti setelah lulus S-1 melanjutkan S-2 atau bekerja. Beberapa orang berpikir, apabila setelah lulus S-2, mereka berharap mendapatkan gaji lebih besar, padahal perusahaan juga melihat pentingnya pengalaman kerja.
“Jika berpikir untuk berkarier menjadi saintis, sebaiknya melanjutkan sekolah. Kemudian, terkait pendidikan selalu diperhitungkan, dengan membuat dasar gaji lebih besar. Berlangsung secara alami, dengan cara kompetensi atau atribut yang dibawa oleh pekerja semakin banyak, maka perusahaan menggaji semakin besar sesuai dengan harga pasar. Akan tetapi, di era kompetisi yang besar, para pekerja asing memiliki gelar S-2 yang menjadi kebutuhan dasar. Sekarang ini rata-rata pendidikan juga sudah banyak langsung ke S-2. Untuk itu, dunia kerja pun sekarang diusahakan pendidikannya S-3,” tutup Fahrul. (hjtp)