Departemen Manajemen FEB UI Jadi Universitas Partner dalam Marketeers Hangout, “More Creative, More Productive”

0

Departemen Manajemen FEB UI Jadi Universitas Partner dalam Marketeers Hangout, “More Creative, More Productive”

 

Nino Eka Putra ~ Humas FEB UI

DEPOK – Masa pandemi Covid-19 membuat sebagian besar dari kita harus beraktivitas dari rumah. Pembatasan sosial membuat kita juga melakukan kegiatan secara terbatas. Namun, kita tidak boleh kehilangan kreativitas dan produktivitas. Dengan latar inilah, Marketeers menggelar Marketeers Hangout 2020 bertajuk “More Creative, More Productive” dan dipandu oleh Yosanova Savitry.

Marketeers Hangout merupakan event webinar terbesar yang digelar di Indonesia selama dua hari dengan 30 sesi, 50 pembicara dan melibatkan 1.000 partisipan. Marketeers Hangout ini diselenggarakan oleh Markplus, Inc. Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia menjadi salah satu universitas partner. Event dengan platform video conference Zoom Webinar ini digelar pada Rabu-Kamis (17–18/6/2020).

Narasumber pada Marketeers Hangout diisi oleh dua orang alumni FEB UI, yaitu Dr. Jacky Mussry, Deputy Chairman MarkPlus, Inc., sekaligus alumni S-3 PPIM FEB UI, dan Jahja Setiaatmadja, Presiden Direktur PT. Bank Central Asia Tbk., yang juga merupakan alumni FEB UI.

Jacky Mussry sebagai narasumber pertama, mengatakan Covid-19 ibarat lebih besar dari perang dunia I & II, karena seluruh dunia terkena dampaknya. Misalnya saja, dunia bisnis atau usaha di Indonesia yang paling terkena dampak, yakni UMKM. Presiden Joko Widodo mengeluarkan 5 skema besar selamatkan UMKM yang terdampak Covid-19, di antaranya menyiapkan bantuan sosial berkategori miskin dan kelompok rentan, memberikan insentif perpajakan, program relaksasi dan restrukturisasi kredit UMKM, memberikan perluasan pembiayaan bagi UMKM berupa stimulus bantuan modal kerja, dan Kementerian/Lembaga, BUMN, Pemda diminta untuk menjadi bantalan dalam ekosistem usaha UMKM terutama dalam tahap awal pemulihan.

Selain itu, Covid-19 memberikan dampak jangka pendek terhadap pembatasan interaksi manusia yang berimbas jangka panjang terhadap pasar, industri, pendidikan, pusat pembelanjaan, penerbangan, pariwisata, travel, hotel, tourism, properti, otomotif, ritel, dan sebagainya. “Untuk memulihkan perekonomian, saat ini pemerintah sedang mempersiapkan era new normal agar Q3 dan Q4 bisa mengaktualisasikan perubahan-perubahan ekonomi. Esensi yang diperlukan ialah kita perlu melakukan eksplorasi dan memanfaatkan peluang atau kesempatan yang ada,” ucap Jacky.

Akibat pandemi ini, masyarakat mau tidak mau harus bisa membiasakan diri dengan kenormalan baru (new normal) yang situasinya tidak sama lagi dengan masa ketika pandemi ini belum terjadi. Mulai dari pembatasan aktivitas fisik, bekerja dari rumah, hingga ketergantungan pada platform digital dalam melaksanakan aktivitasnya. “Meski demikian, masyarakat khususnya para pelaku bisnis, tidak boleh menyerah pada keadaan. Mereka harus tetap kreatif sekaligus produktif di masa sulit ini,” tutur Jacky.

Jahja Setiaatmadja, sebagai narasumber kedua, menyampaikan bahwa kepemimpinan (leadership) yang kuat berperan penting dalam sebuah bisnis. Hal ini, menunjukkan bahwa kepemimpinan tidak cukup hanya diisi oleh orang hebat, namun harus diisi oleh tim yang hebat pula. Itulah yang dinamakan servant leardership. Servant leardership ini, kita menghargai bukan semata pribadi yang kuat dan hebat. Tetapi, kita harus memiliki orang-orang yang kuat dalam tim. Ada yang kuat dalam berstrategi, kuat bertempur, dan ada orang bijak.

“Seorang pemimpin tidak akan berfungsi apa-apa bila tim di belakangnya tidak mendukung. Oleh karena itu, seorang pemimpin harus bisa menggerakkan anak buahnya untuk terpacu dengan koordinasi, bukan memunculkan ego masing-masing,” jelas Jahja.

Pemimpin harus bisa membuat setiap anggota berkontribusi secara seimbang, tidak ada yang memenangkan ego. Pemimpin harus memastikan semua anggota diberikan hal untuk mengajukan usulan atau masukan. “Terkadang sering terjadi orang mendengar siapa yang berbicara, bukan apa yang disampaikan. Kalau begitu, yang punya potensi dan punya pengalaman akan sungkan menyampaikan kontribusi pemikiran mereka. Itu (usulan) bisa diaplikasikan atau tidak, itu masalah kedua. Dengarkan usulan.

“Di Bank BCA, semua boleh mengutarakan pendapat. Namun pendapat itu tentu saja tak cukup hanya berlandaskan teori. Sebab tak semua teori bisa diaplikasikan di lapangan. Para karyawan dituntut untuk memberikan fakta nyata di lapangan,” tutup Jahja. (hjtp)