Rektor UI di Third EBGC International Conference: Indonesia’s Economic Recovery Strategy After Covid-19 Global Pandemic
Nino Eka Putra ~ Humas FEB UI
DEPOK – (1/12/2020) Rektor Universitas Indonesia, Profesor Ari Kuncoro menjadi narasumber 3rd Economics, Business, and Government Challenges (EBGC) International Conference, dengan topik “Indonesia’s Economic Recovery Strategy After Covid-19 Global Pandemic” pada Selasa (1/12/2020). International Conference ini diselenggarakan oleh Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Jawa Timur yang bekerjasama dengan EBGC.
Di dalam pemaparannya, Ari Kuncoro mengatakan bahwa Badan Pusat Statistik (BPS) telah mengumumkan pertumbuhan tahunan (y.o.y) untuk triwulan III-2020 menjadi negatif 3,49 persen. Sedangkan versi q to q sebesar 5,05 persen. Beberapa sektor menunjukkan pemulihan berbentuk pola V tetapi jelas tidak cukup untuk mengkompensasi hilangnya output di kuartal sebelumnya.
Menurut Ari, pola V ini perlu diperhatikan di dua sektor, yang mengalami kontraksi sangat besar pada kuartal II-2020 akibat pemerintah memberlakukan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) untuk memerangi penyebaran Covid-19. Sektor pertama, transportasi dan gudang, di triwulan saat ini mencatat pertumbuhan positif sebesar 24,28 persen, dibandingkan triwulan II yang minus 29,18. Sektor kedua, hotel dan restoran di triwulan saat ini yang tumbuh 14,79 persen berbanding minus 22,31 persen pada triwulan II. Sektor-sektor lain juga menunjukkan pola yang sama meski lebih kecil dari segi besaran.
Sementara, aktivitas UMKM telah mengalami perbaikan mencapai 64 persen dari PDB. Prospek pembelian input, persediaan barang jadi, dan investasi yang direncanakan, meningkat secara signifikan untuk kuartal IV-2020 dibandingkan dengan kuartal III-2020. Semua indeks lebih besar dari 100 yang merupakan ambang batas antara optimis dan pesimis. Perbedaannya hanya sekitar 30 poin.
Pelonggaran PSBB yang telah ditetapkan pemerintah sangat membantu melewati masa-masa ekonomi yang sulit. Survei mengatakan bahwa 48,9 persen mereka dapat membayar cicilan pokok serta bunga utangnya bahkan tanpa stimulus. Selain itu, kelas menengah ke bawah sangat bergantung pada semacam interaksi fisik antara penawaran dan permintaan. Dikarenakan, mereka sangat takut pembatasan tersebut akan memperburuk situasi pengangguran. Sedangkan, kelas menengah ke atas sangat memperhatikan kasus-kasus baru positif Covid-19 dan mereka menyesuaikan rencana pengeluaran.
“Perekonomian Indonesia harus bangkit pasca pemulihan Covid-19, dengan membawa perubahan pada aktivitas sehari-hari yang berorientasi pada protokol kesehatan, seperti 3M (Mencuci tangan, Memakai masker, dan Menjaga jarak). Vaksinasi dan penelitian Covid-19 jangka panjang diperlukan untuk mengembalikan harapan semua lapisan masyarakat tanpa kecuali. Pada tahap ini, program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) dapat digunakan untuk memperkuat industri kesehatan rumah tangga, memaksimalkan leverage. Mengelola ekspektasi pada tahap ini sangatlah penting agar pemulihan tidak berubah menjadi pola W. Dalam hal ini, PEN merupakan langkah awal dalam mendongkrak permintaan domestik, sekaligus menjaga kepercayaan investor dan stabilitas makroekonomi,” demikian Ari menutup sesinya.
International Conference ini juga diisi oleh narasumber lainnya, yaitu Prof. Benny Tjahjono, Professor of Supply Chain Management at the Centre for Business in Society, Coventry University in the UK, Inarno Djayadi, S.E., Director of Indonesia Stock Exchange, Dr. Jorge Manuel Soares Juliao, Senior Lecturer of Universidade Católica Portuguesa, dengan moderator Dr. Diah Hari, S. M.Si, Ak., CMA, CERA, CAPM, CAPF, MCE, Senior Lecturer at UPN Veteran Jawa Timur. (hjtp)