Qisha Quarina: Seberapa Signifikan Status Pekerjaan Masa Lalu Memengaruhi Masa Depan?

Qisha Quarina: Seberapa Signifikan Status Pekerjaan Masa Lalu Memengaruhi Masa Depan?

 

Nino Eka Putra ~ Humas FEB UI

DEPOK – Dosen Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, Qisha Quarina, Ph.D., mempresentasikan hasil studi penelitian dalam Seminar Mingguan Departemen Ilmu Ekonomi yang berjudul “Apakah Status Aktivitas Pasar Kerja di Masa Lampau Memiliki Peran Penting? Analisis Persistensi Status NEET di Pasar Kerja UK dengan Pendekatan Survival Analysis”.

Dalam pembahasan ini studi yang dilakukan meneliti pentingnya mengidentifikasi ketergantungan pasar tenaga kerja, yaitu apakah status pasar kerja di masa lalu memengaruhi status pekerjaan di masa depan. Analisis mengenai transisi pasar tenaga kerja sendiri, khususnya pada kasus negara maju, telah dibahas dalam banyak penelitian terdahulu.

Hal ini dikarenakan adanya ketergantungan dalam pasar tenaga kerja akan menentukan apakah intervensi pasar kerja pemerintah dalam jangka pendek juga akan berdampak dalam jangka panjang.

Di Inggris sendiri, diskusi tentang berbagai jenis ketergantungan dalam pasar tenaga kerja untuk kelompok usia yang berbeda sangat terbatas. Dan hampir belum ada studi yang secara komprehensif menerapkan konsep NEET (tidak dalam pendidikan, pekerjaan, dan pelatihan) untuk berbagai kohor kelahiran, selain kohor muda (16-24 tahun).

Studi ini mencoba untuk meninjau kembali bukti-bukti tentang ketergantungan pasar kerja dan adanya fenomena ‘scarring effect’ di pasar tenaga kerja Inggris bagi mereka yang berusia 16-65 tahun dengan memanfaatkan data British Household Panel Survey (BHPS) Gelombang 1-18 (1991-2008).

Setelah mengontrol adanya faktor heterogenitas dari karakteristik individu yang tidak bisa teramati dalam data, kami menemukan bukti bahwa kondisi status aktivitas ekonomi (pasar kerja) individu di masa lalu memang penting bagi status aktivitas ekonominya di masa depan.

“Secara khusus, kami menemukan bahwa kejadian menganggur atau keluar dari angkatan kerja (out of labour force) di masa lalu memiliki pengaruh negatif yang kuat dalam hal durasi dan bukan dari jumlah berapa kalinya saja,” ucap Qisha Quarina di tengah-tengah presentasinya di ruang Suntoro Isman, pada (7/11/2018).

Temuan ini mengindikasikan bahwa jika seseorang memiliki histori menganggur dengan durasi yang sangat panjang, peluangnya untuk keluar dari kondisi menganggur tersebut akan lebih kecil dibandingkan dengan seseorang yang memiliki beberapa kali histori menganggur namun dalam durasi yang singkat-singkat.

Selain itu, studi ini juga mencoba membandingkan apakah status aktivitas pasar kerja di masa lalu atau status pada masa sekarang yang lebih penting? “Setelah dikontrol dengan durasi status pasar kerja saat ini, kami menemukan bahwa besarnya efek dari status pasar kerja di masa lalu memang menjadi relatif lebih kecil namun tetap signifikan,” jelasnya.

Kami lebih lanjut menemukan adanya efek ketergantungan durasi yang negatif, yang menyiratkan bahwa individu yang telah berada dalam status pasar kerja tertentu untuk waktu yang lama akan memiliki kemungkinan yang jauh lebih kecil untuk bisa keluar dari status tersebut di masa mendatang.

”Dengan demikian, penelitian ini menyarankan pentingnya intervensi sedini mungkin dalam karir seseorang, dan membuka lebih banyak kesempatan pekerjaan yang bersifat short-term atau part-time, jika kesematan kerja full-time terbatas, untuk membantu individu terhindar dari kejadian menganggur atau keluar dari angkatan kerja terlalu lama,” tutupnya. (Des)