Santai Online Bareng Teman Alumni FEB UI: Work From Home: Why and How Long?

0

Santai Online Bareng Teman Alumni FEB UI: Work From Home: Why and How Long?

 

Hana Fajria ~ Humas FEB UI
DEPOK – Ikatan Alumni Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (ILUNI FEB UI) menggagas acara bincang-bincang Santai Online Bareng Teman Alumni FEB UI (SOBAT) atau webinar melalui aplikasi zoom, pada Selasa (15/4/2020).

SOBAT kali ini menghadirkan 3 pembicara, yaitu Destry Damayanti, Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia sekaligus Ketua ILUNI FEB UI, Rizal Prasetijo, Komisaris Utama PT. Trimegah Sekuritas serta pengamat pasar modal, dan Bendady Pramono Direktur Utama PT. Angkasa Pura Hotel serta dimoderatori oleh Uti Brata. Topik mengenai “Work From Home: Why and How Long?” membahas kenapa ada WFH serta seberapa lama WFH akan berlangsung. WFH disini dimaksudkan bukan seberapa lama kita di rumah. Untuk itu narasumber membagikan informasi mengenai apa yang terjadi dalam sektor yang mereka geluti masing-masing dan berapa lama sektor-sektor ekonomi kita masih bisa bertahan selama pandemi covid-19.

Menurut Destry Damayanti, ide melakukan webinar bernama SOBAT ini adalah sebagai pengganti  kegiatan rutin sesama alumni saat covid -19. Dengan adanya pandemi covid-19 ini, kita tidak boleh bertemu karena social distancing, maka dari itu, ILUNI berinisiatif membuat acara online, jadi meskipun tidak bertemu tatap muka tapi tetap berbagi informasi, bertukar pikiran serta menambah pengetahuan kita selama WFH. Untuk ke depannya, selama masa WFH ini, ILUNI FEB UI tetap mengadakan acara SOBAT minimal 1 minggu sekali, supaya tetap terjalin adanya silaturahmi sesama alumni FEB UI.

Rizal Prasetijo, menjelaskan dampak Covid-19 dan WFH ini pada sektor keuangan baik di Indonesia maupun secara global, meskipun sektor keuangan menjadi bagian sektor terakhir. “Secara ilmu ekonomi krisis Covid-19 ini berbeda dari apa yang saya lihat, yang terjadi di tahun 1999 dan tahun 2008. Perbedaan mendasar itu adalah krisis ini diawali dengan kejutan di sisi penawaran bukan di sisi permintaan, dimana rupiah melemah, indeks jatuh sekitar 30% dari pertengahan Januari dan di titik terendah pada 24 maret 2020, dan dari situ kita rebound lagi sekitar 12% yang disebabkan faktor global, karena determinasi dari bank sentral Amerika yang all out untuk menyelamatkan perekonomian Amerika, dan ada signal menyelamatkan perekonomian dunia dengan berbagai macam monetary stimulus juga fiscal stimulus. Sementara Indonesia juga dibantu ibu Sri Mulyani, sebagai Menteri Keuangan, sudah mengumumkan adanya fiscal stimulus sebesar 405 Triliun rupiah atau hampir 2,5 % daripada GDP. “Di sektor keuangan ya kita masih sedikit bernapas lega, tapi masih sedikit di bawah. Saya expect sekitar 2-3 bulan ke depan perbankan akan menjadi konservatif, karena mereka harus sibuk memikirkan restrukturisasi daripada klien atau hutang atau debitur yang mereka punya. Perbankan meskipun mempunyai likuiditas yang sangat banyak, pesan saya untuk teman-teman yang punya usaha dieman-eman likuiditasnya sebaik mungkin”, tuturnya.

Terakhir, Bendady Pramono, menilai apa yang terjadi dampak Covid-19 di sisi praktisi sektor pariwisata, sektor turisme dan hospitality adalah daya tahan tidak bertahan jauh hanya sekitar 2-3 bulan. Bendady menjelaskan dampak dari Covid-19 pada penerbangan komersial adalah penurunan yang cukup signifikan. Dibandingkan tahun 2019, pada tahun 2020 ini turun hingga 27,7%, sedangkan pada bulan Maret 2020 turun hingga 63 %. Contohnya. Garuda Indonesia mengalami anjlok 40%, terjadi pula pada aircraft movement penurunan sebesar 29%, penumpang sebesar 43% serta kargo sebesar 56%.Sedangkan dari perhotelan, sudah 1.542 hotel di Indonesia melakukan penutupan sementara hampir 2 bulan. Data ini dilansir dari Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI), di mana 1.542 hotel yang tutup tersebar di 31 Provinsi, semua karena great lockdown, karena permintaan untuk hospitality industry tidak ada.

“Ke depannya, kita buat pelaku usaha tidak berpikir profit dan lost karena we can’t make a revenue. Sekarang tinggal berfikir bagaimana  cashflow kita bisa bertahan selama mungkin, cash flow is priority. Kita tidak tahu sampai kapan ini akan bertahan, segala cara dilakukan salah satunya financial relief. Kita lakukan operational efiency disegala bidang. Rata-rata airlines mempunyai daya tahan cash flow hanya 2
bulan (hingga Juni), jelas Bendady.

“Sebagai pemimpin suatu korporasi, yang bisa kita lakukan dalam menyikapi kondisi seperti ini, yakni yang pertama, kita harus mendapat kepercayaan dari stakeholders, dengan menetapkan rencana yang jelas melalui ketidakpastian ini, dengan membuat komunikasi yang jelas dan transparan. Kedua menjaga semangat karyawan dengan menjaga produktivitas karyawan selama WFH seperti di kantor. Terakhir
bersiap untuk kegiatan formal yang baru, melakukan kegiatan produktif contohnya pelatihan online proyek peningkatan berkelanjutan. Setelah covid ini selesai kita bisa rebound dengan lebih cepat dan ready”, tutup Bendady. (hjtp)