Memajukan Industri Garmen melalui Upaya Peningkatan Kondisi Kerja dan Kualitas Hidup Pekerja
Depok – Selasa (25/08/2020) Departemen Manajemen dan International Office Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, bekerja sama dengan Tufts University (USA), International Development Research Centre (IDRC-CRDI), International Labour Organization dan Real Time Analytic Vietnam, mengadakan diseminasi riset, yang bertajuk, “Kondisi Kerja dan Kualitas Hidup Pekerja Garmen Indonesia dan Vietnam: Realitas dan Harapan”.
Pembicara dalam kegiatan ini, Prof. Drusilla Brown, Labor Lab Tufts University, USA, Sari Wahyuni S.I.P., M.Sc., Ph.D, Dosen FEB UI sekaligus President ISMS, Ir. Aryana Satrya, M.M, Ph.D, Dosen FEB UI dan Le Dang Trung, Ph.D, RT Analytics Vietnam. Keynote speech disampaikan oleh Dra. Haiyani Rumondang, M.A, Dirjen Hubungan Industrial, Kemnaker RI, dan Dr. Anindya Chatterjee, Regional Director For Asia, IDRC Canada. Moderator pada acara ini adalah Muthia Pramesti M.M , Kepala International Office, FEB UI dan Permata Wulandari, Ph.D, Dosen FEB UI.
Studi ini merupakan kerja sama erat tim peneliti internasional dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI), Tufts University dan Real Time Analytics Vietnam, mengenai “Pemberdayaan Pekerja melalui Tempat Kerja yang Manusiawi.” Proyek ini didanai oleh International Development Research Center (IDRC) Canada. Studi dilaksanakan dalam periode waktu tiga tahun (2017-2020), berpusat di Indonesia dan Vietnam, yang dirancang untuk mengukur dampak jangka panjang pekerjaan di industri garmen terhadap pemberdayaan pekerja, pengembangan manusia dan hasil kerja. Studi ini melibatkan lebih dari 7000 pekerja garmen di Indonesia dan Vietnam. Penelitian ini juga bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor dalam pekerjaan yang paling penting bagi peningkatan kehidupan pekerja pabrik garmen, khususnya di kawasan ASEAN dan menghasilkan usulan untuk memajukan industri garmen.
Dengan berakhirnya rangkaian studi tersebut, FEB UI menyelenggarakan kegiatan diseminasi dengan tema “Kondisi Kerja dan Kualitas Hidup Pekerja Garmen Indonesia dan Vietnam: Realitas dan Harapan” yang memaparkan hasil studi dalam bentuk diskusi dengan para pemangku kepentingan dalam industri garmen, termasuk pemerintah, institusi yang terlibat dalam industri garmen, pekerja garmen dan masyarakat luas, untuk mencari solusi bagi industri garmen guna meningkatkan kondisi kerja dan kualitas hidup pekerja garmen dan memaksimalkan potensi industri garmen.
Studi ini menggunakan pendekatan multidisiplin melalui berbagai perspektif, meliputi psikologi sosial, ekonomi dan manajemen. Hasil riset ini menunjukkan kondisi kerja, kesehatan para pekerja, perbedaan gender, pentingnya aspek psikologis seperti pola pikir bertumbuh (growth mindset), pemberdayaan, pelatihan, keseimbangan pekerjaan dan kehidupan (work-life balance), kepuasan pekerjaan dan hidup, perbedaan antara pekerja garmen di pabrik Better Work Indonesia (BWI) and non BWI di Indonesia dan Vietnam.
Studi keseluruhan di Indonesia menghasilkan temuan penting, antara lain bahwa kondisi aktual di tempat kerja ialah mayoritas pekerja adalah perempuan, memiliki posisi sebagai penjahit, dan pekerja dengan status permanen. Secara umum pekerja melaporkan kondisi kesehatan yang baik, memiliki waktu kerja yang cukup padat, menerima kompensasi upah termasuk mendapat insentif produksi. Kehidupan pekerja dapat digambarkan dari kondisi keuangan dan aset yang secara umum dapat lebih ditingkatkan. Hal ini menghadirkan tantangan dalam kondisi tempat kerja untuk meningkatkan keterampilan dan pengetahuan, penerapan prinsip dan sarana keselamatan dan kesehatan kerja, sistem pengupahan yang sesuai peraturan, pengaturan jadwal dan beban kerja optimal, dukungan sistem penghargaan finansial dan non finansial, dan peningkatan peran serikat pekerja.
Berdasarkan hasil penelitian yang melibatkan beberapa variabel penelitian dalam jangka panjang di Indonesia, secara umum hasil studi menunjukkan aspek psikologis yang baik, kondisi kerja negatif seperti pelecehan verbal, diskriminasi dan keadaan lapar haus dalam tingkat rendah hingga sedang, serta kondisi kesehatan yang baik. Selanjutnya, persepsi pekerja garmen terhadap pemberdayaan dan pelatihan menunjukkan tingkat yang tinggi. Outcome dari persepsi pekerja atas kondisi pekerjaan yang dibagi ke dalam hasil jangka pendek, menengah dan panjang menunjukkan bahwa persepsi atas keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan, dialog sosial, promosi, keamanan kerja, dan kepuasan kerja serta kehidupan dalam tingkat moderat. Begitu juga dengan persepsi pekerja atas luaran negatif seperti kelelahan emosional, keinginan membuka usaha sendiri dan keinginan keluar dari pekerjaan menunjukkan tingkat moderat, sedangkan upaya mencari pekerjaan lain dan mengubah haluan ke industri lain tercatat rendah.
Selanjutnya, hasil penelitian menemukan tidak terdapat perbedaan yang nyata pada sikap pekerja di Indonesia dan Vietnam. Pekerja secara umum memiliki sikap percaya diri, tidak mudah putus asa, merasa memperoleh kesempatan pengembangan pengetahuan dan keterampilan, dan memiliki beban kerja yang wajar. Lebih lanjut, pekerja menilai bahwa gaji yang memadai dan insentif kerja akan membuat mereka merasa lebih betah bekerja di perusahaan. Perbedaan ditunjukkan misalnya bagi pekerja Indonesia, jumlah bonus yang diterima dan aset yang dimiliki dapat mendorong mereka untuk mencari pekerjaan lain, yang tidak ditemukan pada pekerja garmen Vietnam. Pekerja Vietnam diketahui menilai upah lembur menjadi faktor penting dalam menentukan hal tersebut.
Program peningkatan kapasitas seperti Better Work yang diinisiasi oleh kerjasama antara International Labour Organization (ILO) dan International Finance Corporation (IFC) dan diikuti oleh sebagian pabrik garmen, juga diteliti dalam studi ini atas dampaknya terhadap perubahan pada kondisi kerja dan kualitas hidup pekerja garmen. Pekerja di pabrik dalam program Better Work (BW) menunjukkan hasil pengurangan pelecehan verbal, stres kerja, rasa lapar saat bekerja, diskriminasi dalam promosi, dehumanisasi dan suhu pabrik yang tidak nyaman. Dapat disimpulkan secara umum pekerja di pabrik-pabrik BW memiliki kondisi fisik dan mental yang baik, mengalami pengurangan dehumanisasi dan meningkatkan keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan.
Kementerian Perindustrian pada tahun 2020 menjelaskan bahwa industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) salah satu dari 15 sektor industri manufaktur yang mendapat prioritas pengembangan kinerja ekspornya, sehingga sumber daya dan potensi industri ini perlu ditingkatkan untuk dapat memajukan industri ini menjadi unggul dalam tingkat nasional dan global. Salah satu upaya yang dapat dilakukan, ialah melalui kerjasama erat dalam meningkatkan kondisi kerja dan kualitas kehidupan pekerja garmen untuk menghasilkan kesejahteraan pekerja. Beberapa hal yang dapat digarisbawahi ialah pentingnya meningkatkan aspek psikologi, seperti halnya melalui pemberdayaan di tempat kerja, menerapkan praktik sumber daya manusia yang suportif, memanfaatkan dialog sosial antara pekerja, pengusaha, dan para pemangku kepentingan.
Secara praktik, peningkatkan kepuasan hidup pekerja dan menurunkan keinginan pekerja untuk keluar dari pekerjaan dapat didorong melalui penurunan tingkat kelelahan emosional dan peningkatan aspek-aspek antara lain kepuasan kerja, dialog sosial, pemberdayaan, dukungan psikologis dan kondisi kerja. Hal ini juga harus memperhatikan upaya bersama dan terkoordinasi untuk melindungi pengusaha dan pekerja karena dampak pandemi Covid-19 yang menjadi krisis kesehatan dan memicu krisis ekonomi yang belum pernah terjadi sebelumnya. Ir. Aryana Satrya, M.M., Ph.D., dosen senior FEB UI, menegaskan melalui penjelasannya, bahwa dialog sosial memiliki peran penting khususnya pada masa pandemi Covid-19 untuk mengoordinasikan para pemangku kepentingan terutama pekerja dan pengusaha dalam menghasilkan kebijakan terbaik bagi semua pihak. (hjtp)