Alumni FEB UI Angkatan 90 Gelar Seminar “Technopreneurship: Apa yang Perlu Diadopsi UMKM dari Kehebatan Start-Up?”

0

Alumni FEB UI Angkatan 90 Gelar Seminar “Technopreneurship: Apa yang Perlu Diadopsi UMKM dari Kehebatan Start-Up?”

 

DEPOK – (7/11/2020) Pemerintah sangat mendukung pertumbuhan UMKM dan startup di Indonesia,” demikian Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan  Riset dan Inovasi Nasional RI, Prof. Bambang Brodjonegoro, Ph.D., dalam sambutannya pada Reuni 30 Tahun, Alumni Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, Angkatan 90, yang menggelar webinar, berjudul “Technopreneurship: Apa yang Perlu Diadopsi UMKM dari Kehebatan Start-Up?” pada Sabtu (7/11/2020).

Bambang melanjutkan, “Pemerintah juga memiliki program ‘Start-Up Inovasi Indonesia’  yang memberikan sebanyak 1.707 paket pendanaan, kepada calon start-up yang bergerak di 8 sektor prioritas, yaitu pangan, transportasi, rekayasa keteknikan, kemaritiman, kesehatan, energi, pertahanan keamanan, multidisiplin dan lintas sektoral. Bagi UMKM yang terdampak pandemi Covid-19, pemerintah telah membuat program ‘UMKM Berinovasi’ dan program “UMKM Indonesia Bangkit” yang bersinergi dengan perguruan tinggi negeri dan swasta. Total sebanyak 27 perguruan tinggi di 11 provinsi telah mendapatkan pendanaan untuk membantu para UMKM.”

Omar S. Siregar, Ketua Panitia Reuni 30th FEB UI’90, mengatakan webinar ini merupakan salah satu bentuk giving back alumni FEB UI’90, kepada komunitas UMKM agar terus bersemangat dalam menumbuhkan semangat technopreneurship di masyarakat, dalam membangun perekonomian Indonesia. Sebagian pendapatan dari webinar ini juga akan didonasikan kepada Yayasan Econity yang merupakan yayasan sosial yang didirikan oleh alumni FEB UI’90.

Webinar menghadirkan pembicara, yaitu Dr. Rambat Lupiyoadi, M.E., Dosen FEB UI sekaligus Penulis Buku Technopreneurship Penggiat UMKM, dan Roberto Surya Negara, Direktur Telkom Sigma, dengan moderator PJ. Rahmat Susanta, Konsultan Pemasaran dan Managing Partner, Brighter PR and Marketing.

Wakil Menteri Keuangan RI, Prof. Suahasil Nazara, Ph.D., dalam keynote speech  mengatakan, keseriusan pemerintah dalam membantu UMKM dan start-up tampak dari bantuan untuk  UMKM   sebesar Rp114,82 triliun. Dana ini ditujukan untuk memberikan subsidi bunga, belanja imbal jasa penjaminan, PPh Final UMKM, pembiayaan investasi kepada koperasi melalui Lembaga Pengelolaan dana bergulir UMKM, serta bantuan produktif untuk sekitar 12 juta usaha mikro.

Sambung Suahasil, “Pemerintah juga memberikan program peningkatan produktivitas untuk UMKM dalam beberapa bentuk, yaitu bansos Program Keluarga Harapan, Dana Desa Pemberdayaan UMKM, Kelompok Usaha Bersama, Pembiayaan Ultra Mikro (UMi), dana bergulir, subsidi bunga, program peningkatan produktivitas dan inovasi industri. Sementara, dalam hal perpajakan, pemerintah memberikan stimulus perpajakan dengan memberikan penurunan tarif dan perlakukan PPh, khusus untuk UMKM dari sebelumnya 1% menjadi 0,5%. Peran pemerintah dalam menumbuhkan ekosistem UMKM dan start-up memang menjadi hal yang penting. Namun di sisi lain, para pelakunya juga harus memiliki sikap dan semangat technopreunrship.

Rambat Lupiyoadi, memaparkan bahwa setidaknya ada lima praktik bisnis start-up yang bisa ditiru. Pertama, cara mereka membentuk tim dan membangun mentalitas tim usaha, misalnya dengan merekrut mereka yang berjiwa wirausaha, dengan memberikan sebagian persentease bagi hasil agar mereka merasa menjadi bagian dari pendiri usaha. Kedua, UMKM dapat mengadopsi bagaimana mereka menciptakan produk yang sesuai dengan kebutuhan pasar, seperti menerapkan tahapan lean product life cycle, dengan memperkuat uji validasi produk sebelum memproduksi masal.

Ketiga, UMKM melindungi keuntungan melalui HAKI, untuk mengantisipasi penggunaan merek dan kekhasannya dari pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Keempat, UMKM bisa memasarkan produk dengan mengandalkan viral engine of growth, yang murah tapi mampu mendongkrak omset. Kelima, UMKM dapat mengadopsi metode penggalangan dana yang murah tapi efektif. UMKM perlu mencari smart money dan tidak menunggu mendapatkan hibah, bantuan atau pinjaman. Crowd funding misalnya, bisa menjadi alternatif pendanaan UKM secara berjamaah.

Untuk bisa mengadopsi praktik start-up ini, Roberto Surya Negara, sebagai pembicara kedua,  menekankan perlunya perubahan mindset para pelaku UMKM. Mindset yang dimaksud ialah agile mindset, pelaku UMKM harus mau berubah secara mudah dan cepat. Kegagalan dalam dunia start-up merupakan hal yang biasa, namun yang terpenting bisa berubah dan bergerak lagi secara cepat. Tidak hanya dalam mindset, sifat agile ini harus terinternalisasi dalam budaya dan praktik sehari-hari. Para pelaku UMKM harus bisa menggali the new way of doing, dengan pembelajaran terus-menerus. Inovasi harus menjadi darah dari para UMKM.

“Para start-up ini sebenarnya sudah memiliki tools dan perangkat agar sifat agile dan inovasi bisa diadopsi oleh UMKM, seperti men-generate, develop, scale up dan run bisnis. Di Indonesia, komunitas dan ekosistem untuk membantu serta membangun start-up pun banyak berdiri dan diinisiasi oleh perusahaan-perusahaan besar di Indonesia. Telkom Sigma misalnya, memiliki banyak layanan yang bisa membantu mengakselerasi bisnis UMKM. Mulai dari data center, cloud, ERP sampai program inklubasi,” demikian Roberto menutup sesinya.

Seminar ini disponsori oleh BNI Sekuritas dan Telkom Sigma dengan dibantu oleh Anheim Consulting and Training (ACT), dengan host Rasmi M Ramyakim, Head of Corporate Secretary, Project Management, Risk Management PT KSEI. (hjtp)