Dies Natalis FEB UI 70 Tahun, Kuliah Umum Bersama Menristek/BRIN: Kekuatan Kerjasama dan Inovasi dalam Mengatasi Pandemi Covid-19

0

Dies Natalis FEB UI 70 Tahun, Kuliah Umum Bersama Menristek/BRIN: Kekuatan Kerjasama dan Inovasi dalam Mengatasi Pandemi Covid-19

 

Nino Eka Putra ~ Humas FEB UI

DEPOK – (11/11/2020) Prof. Bambang P.S Brodjonegoro, Ph.D., Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (Menristek/BRIN), memberi kuliah umum dengan topik “Kekuatan Kerjasama dan Inovasi dalam Mengatasi Pandemi Covid-19” di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI). Kuliah diadakan dalam rangkaian kegiatan Dies Natalis  FEB UI ke-70 tahun, dengan moderator Teguh Dartanto, Ph.D., Wakil Dekan Bidang Pendidikan, Penelitian dan Kemahasiswaan FEB UI, pada Rabu (11/11/2020).

Pj. Dekan FEB UI, Dr. Beta Yulianita Gitaharie dalam sambutannya mengatakan, bahwa tema Kuliah Umum pada rangkaian Dies Natalis FEB UI ke-70 tahun ini sejalan dengan tema Dies Natalis FEB UI, yaitu Bersama, Berinovasi, Bermanfaat. “Segala pencapaian tidak dapat kami lakukan sendiri, semua hasil kerjasama dari banyak pihak, begitupun inovasi. Inovasi merupakan suatu proses yang hanya mungkin dikerjakan sebagai tim, dan menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi masyarakat Indonesia dan dunia. Inilah yang membuat kami belajar terus-menerus dari para lulusan yang ada di luar kampus, untuk memberikan wawasan, pandangan bahkan kuliah di kelas atau kesempatan berkarya, untuk mencapai peningkatan demi peningkatan,” demikian kata Beta.

Rektor Universitas Indonesia, Profesor Ari Kuncoro, membuka acara dengan mengatakan, ”Ada dua kata kunci, yaitu inovasi dan kolaborasi. Di era modern ini, kita tidak bisa berinovasi dengan berjalan sendiri, perlu adanya kolaborasi, sehingga terciptanya sinergi untuk menemukan ide-ide baru. Di sinilah fungsi BRIN, Menteri Bambang Brodjonegoro, untuk melihat titik-titik inovasi dan menghubungkannya, serta membuat sistem riset inovasi sangat besar berupa technopreneur dengan mencari benang merah. Diharapkan, Kuliah Umum ini memberikan wawasan untuk meningkatkan kerjasama, inovasi, memberikan kita semangat terhadap apa yang sedang dikerjakan dan menjadikan FEB UI sebagai perguruan tinggi yang dapat bersaing, maju, dan diakui di Asia maupun dunia. Selamat Dies Natalis untuk FEB UI ke-70 tahun, Bersama, Berinovasi, Bermanfaat.”

Di dalam pemaparannya, Bambang Brodjonegoro menyampaikan, bahwa kerangka riset dan inovasi nasional memfokuskan pada teknologi tepat guna, nilai tambah dan komersialisasi, substitusi impor dan peningkatan tingkat komponen dalam negeri (TKDN), serta teknologi garda depan.

Untuk menangani Covid-19, ada lima  kelompok program konsorsium riset dan produk inovasi, pertama pencegahan (tanaman obat, vaksin dan suplemen, APD, hand sanitizer, disinfectant, mobile hand washer, ozone chamber, public education). Kedua, skrining dan diagnosis (rapid test – early and late detection berbasis antibodi dan antigen, test kit RT-PCR, mobile laboratory BSL-2). Ketiga, obat-obatan dan terapi (avigan, chloroquine phosphate, pil kina, tamiflu, ivemercifin, serum dari pasien yang sembuh, produksi serum yang mengandung antibodi, mesenchymal stem cell yang dikembangkan oleh Universitas Indonesia). Keempat, sosial dan humaniora (public response towards Covid-19, government readiness to face Covid-19, employment impact). Kelima, alat kesehatan dan pendukung (ventilator, salah satunya  Covent-20 buatan UI, software data movement, peta geospasial, robot pemberian obat).

Menurut Bambang, untuk mempercepat pengembangan vaksin, perlu adanya triple helix antara industri, pemerintah, dan akademisi. Industri bisa membantu uji pra klinik, uji klinik, produksi skala pilot dan industri, transfer teknologi, marketing, dan distribusi. Selanjutnya, pemerintah berkontribusi dalam kebijakan pengembangan vaksin, badan regulator, kemudahan dan percepatan perizinan, proteksi penggunaan produksi dalam negeri, dan sinergi antara Kementerian/Lembaga. Sedangkan, akademisi berperan sebagai riset dan pengembangan, hilirisasi, prototype, platform, seed vaccine.

Lanjut Bambang, saat ini, Indonesia tengah mengembangkan vaksin merah-putih sebagai bentuk kemajuan dan kemandirian bangsa, yang pengembangannya berbasis virus yang bersirkulasi di Indonesia, hasil karya peneliti-peneliti terbaik bangsa, salah satunya Universitas Indonesia. Kolaborasi pengembangan vaksin tersebut dengan kerjasama industri farmasi swasta (Kalbe Farma, Sanbe Farma, Daewoong Infion, Biotis Prima Agrisindo, dan Tempo Scan Pacific) dibawah koordinasi Bio Farma.

Peluncuran produk riset dan inovasi konsorsium Covid-19 dapat dimaknai sebagai kebangkitan inovasi Indonesia. “Diharapkan produk-produk hasil riset dan inovasi dalam negeri dapat menjawab kebutuhan masyarakat kita, tidak hanya selama pandemi tapi juga untuk kebutuhan jangka panjang,” demikian Bambang menutup sesi pemaparannya.

Kuliah Umum ini disponsori oleh PT Bank Negara Indonesia (Persero) dan ditutup oleh Dr. Gede Harja Wasistha, CMA., Wakil Dekan Bidang Sumber Daya, Ventura dan Administrasi Umum FEB UI. (hjtp)