Indonesia Economic Outlook 2021, “Post Pandemic Recovery: A Resurgence of Indonesia Economy”

0

Indonesia Economic Outlook 2021, “Post Pandemic Recovery: A Resurgence of Indonesia Economy”

 

Rifdah Khalisha – Humas FEB UI

DEPOK-(8/2/2021) Kajian Ekonomi dan Pembangunan Indonesia (Kanopi) Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Indonesia menggelar Indonesia Economic Outlook 2021 (IEO’21) dengan tema “Post Pandemic Recovery: A Resurgence of Indonesia’s Economy” pada Senin (8/2).

Menghadirkan Beta Yulianita Gitaharie, Dekan FEB UI, Airlangga Hartarto, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Suhasil Nazara, Wakil Menteri Keuangan, Satu Kahkonen, Kepala Perwakilan World Bank untuk Indonesia dan Timor-Leste, Bambang Brodjonegoro, Kepala Badan Riset Inovasi Nasional Republik Indonesia, Muhammad Lutfi, Menteri Perdagangan Republik Indonesia, Indra Darmawan, Staf Ahli Bidang Ekonomi Makro BKPM, Hidayat Amir, Kepala Pusat Kebijakan Ekonomi Makro Badan Kebijakan Fiskal, serta Aida S. Budiman, Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter.

     

Pada awal acara, Beta menuturkan sambutannya, “Saya berharap Seminar IEO’21 dapat menjadi wadah bertukar pikiran bagi para pembuat kebijakan, pemerhati, dan khalayak dari berbagai kalangan, terutama mahasiswa. Dengan begitu, seminar ini mampu menciptakan wacana positif dan objektif dalam mewujudkan transformasi ekonomi Indonesia di tengah tantangan global. Mudah-mudahan bisa menambah wawasan secara jelas dan lengkap tentang perkembangan kondisi perekonomian terkini, baik nasional maupun global dari sumber terkemuka.”

“Pemerintah butuh kerja sama dari seluruh pihak terkait, terutama kalangan akademisi untuk memastikan kebijakan ekonomi dapat terlaksana dengan baik. Sinergi dan koordinasi kebijakan ekonomi akan mempercepat pemulihan ekonomi, sekaligus memanfaatkan momentum transformasi ekonomi. Pemerintah punya beberapa strategi, yakni memulihkan kepercayaan konsumen dengan memberlakukan penerapan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM), mempercepat vaksinasi, melanjutkan dana Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (PCPEN), dan mereformasi struktural melalui penerapan UU Cipta Kerja,” ujar Airlangga pada opening remarks.

   

Lalu, sesi keynote speech, Suhasil membahas sektor nasional dan Satu membahas sektor internasional. Suhasil mengatakan, “Faktor utama kebijakan pemulihan ekonomi tahun 2021, yaitu intervensi kesehatan, anggaran fleksibel, dan reformasi struktural. Pemerintah akan terus melihat angka-angka dari beberapa indikator untuk memastikan pemulihan ekonomi berjalan dengan lancar di Indonesia. Pemerintah berharap pertumbuhan ekonomi dapat meningkat dalam kisaran 4,5% hingga 5,3% pada tahun 2021. Hal ini sejalan dengan proyeksi institusi internasional.”

Sementara itu, Satu menyampaikan, “Seratus tahun silam, ada pandemi flu Spanyol yang juga melanda dunia berturut-turut dalam empat gelombang selama tahun 1918 hingga 1920. Di sisi lain, COVID-19 baru memasuki gelombang kedua. Meski kondisi politik dan ekonomi kedua zaman ini berbeda, tetapi seluruh dunia menghadapi masalah yang hampir sama. Dalam situasi ini, perlu fokus pada pemulihan ekonomi global, peran bank dunia dan kerja sama internasional, prospek sektor perdagangan dan rantai nilai global, serta peningkatan dan inovasi teknologi.”

     

Menurut Bambang pada inaugural speech, pemerintah perlu memerhatikan beberapa hal menuju ekonomi berbasis digital dalam berbagai bidang, “Pemerintah perlu mengoptimalkan less contact economy serta mengintegrasikan dan memperkuat sistem data, terutama dalam bidang Artificial Intellegence (AI), Big Data, dan Internet of Things (IoT). Selain itu, harus mempersiapkan sumber daya manusia. Kami berharap, pemanfaatan digital ini menjadi salah satu solusi untuk mewujudkan Indonesia Maju menuju 100 tahun Indonesia di 2045 mendatang.”

“Kementerian Perdagangan berupaya meningkatkan ekspor nonmigas untuk mendorong pemulihan ekonomi akibat pandemi COVID-19, salah satu caranya dengan mengoptimalkan perjanjian perdagangan internasional. Indonesia harus membuka pasar dan berkolaborasi dengan berbagai negara melalui perjanjian dagang yang sudah ada untuk mencapai target pertumbuhan ekspor nonmigas. Hal itu sekaligus sebagai upaya meningkatkan nilai tambah produk ekspor masing-masing,” sambung Lutfi pada inaugural speech kedua.

   

Memasuki sesi pembahasan, ada tiga pemateri dengan bahasan sektor berbeda. Indra membahas sektor riil, Enlarging Investment to Empower the Informal Sector. Ia menjelaskan, “Pemerintah memiliki banyak tugas untuk meningkatkan investasi dan sektor riil, seperti perbaikan harga tanah, tarif air, tarif gas, tarif listrik, serta rata-rata upah minimum dan tingkat kenaikan upah. Incremental Capital Output Ratio (ICOR) Indonesia masih pada angka 6,8 dan menjadi yang tertinggi di kawasan. Pemerintah berharap dapat melaksanakan UU Cipta Kerja sehingga dapat memperbaiki berbagai sektor.”

Dalam pembahasan sektor fiskal, Fiscal Reform to Strengthen National Economic Resilience, Hidayat berpendapat bahwa COVID-19 memberikan beberapa sisi positif. Pembuat kebijakan dan masyarakat secara luas sudah lebih mengenal pandemi ini sehingga dapat menanggapinya secara tepat. Vaksinasi juga sudah mulai berjalan di Indonesia dan dapat menjadi antitesa dari penyebaran COVID-19. Dengan begitu, akan terbentuk herd immunity di masyarakat. Saat kepercayaan masyarakat pulih, maka aktivitas ekonomi dapat kembali berjalan normal.

Pemaparan materi terakhir membahas sektor moneter, Integrating Digital and Financial Ecosystem to Maintain Monetary Stability. Aida memaparkan bahwa Bank Indonesia bersama otoritas ekonomi lain tengah menyusun strategi 1 Necessary and 5 Sufficient Conditions.

“Necessary condition adalah prasyarat untuk mencapai pertumbuhan ekonomi, yakni vaksinasi dan penerapan protokol kesehatan. Di sisi lain, sufficient condition adalah tanggapan kebijakan untuk mencapai pertumbuhan tersebut, yakni pembukaan sektor produktif dan aman, percepatan stimulus fiskal, peningkatan kredit sisi permintaan dan penawaran, stimulus moneter dan kebijakan makroprudensial, serta digitalisasi ekonomi dan keuangan,” tutur Aida.

Selanjutnya, ada sesi panel discussion yang mengangkat tema “Breakthrough for Indonesia’s Young Workers: Anticipating the Emergence of Lockdown Generation.” Menghadirkan panelis Hariyadi Sukamdani, Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia, Rasyid Amir, Plt. Direktur Pengembangan Pasar Kerja Kementerian Ketenagakerjaan, Dini Widiastuti, Direktur Eksekutif Yayasan Plan International Indonesia, dan Turro Selrits Wongkaren, Kepala Lembaga Demografi FEB UI. Sementara itu, Nitia Anisa memandu jalannya diskusi.

Dalam diskusi, para panelis sepakat bahwa perlu adanya kerja sama antara kementerian, pencari kerja, dan pemberi kerja sebagai regulator dalam membuat sistem pasar kerja yang terintegrasi sehingga mudah mengetahui kebutuhan pasar tenaga kerja. Para pemuda harus dapat menyesuaikan diri dengan tuntutan pasar tenaga kerja dan dunia usaha saat ini dengan menekuni suatu bidang serta meningkatkan keterampilan hard skill dan soft skill.

Persiapan Seminar IEO’21

Mahasiswa FEB UI telah mempersiapkan acara IEO’21 selama kurang lebih 1 tahun, terhitung sejak Bulan Februari 2020. Pemilihan pembicara tentu harus sesuai dengan tema, substansi, dan materi bahasan IEO. Panitia memanfaatkan database pembicara beserta kontak hubung milik IEO tahun sebelumnya sehingga dapat mengundang pembicara hebat, setingkat para menteri dan World Bank.

Usai seminar, panitia akan menerbitkan notula dan seluruh materi pembahasan melalui media sosial milik IEO’21 sehingga siapa pun dapat bebas mengakses. Selain itu, akan secara rutin membagikan IEO Report berisi poin-poin penting saat seminar kepada institusi pemerintah dan pihak-pihak yang terkait kerja sama dengan IEO. Panitia juga akan menerbitkan esai terbaik dari peserta kompetisi IEO Policy Recommendation Competition.

Salah seorang mahasiswa FEB UI yang menjadi panitia penyelenggara mengatakan, “Dosen memiliki peran yang sangat penting dalam kesuksesan acara ini. Sejak awal menyusun acara, kami selalu berdiskusi dengan dosen terkait tema, subtema, dan pembahasan masalah. Kami juga sering mengundang beberapa dosen sebagai pengisi acara, baik pembicara seminar maupun juri kompetisi.”

“Berdasarkan pemaparan dari para narasumber dan panelis dengan memiliki latar belakang dan pemahaman yang sesuai dengan tema pembahasan, kami berharap acara ini dapat memicu diskusi yang mendalam dan multiperspektif serta analisis yang komprehensif dan menyeluruh terhadap isu terkini. Kami juga berharap mahasiswa dapat turut mendukung perekonomian Indonesia melalui peran yang sesuai dengan minat masing-masing,” sambungnya.

Panitia juga menyemangati mahasiswa lain untuk berinovasi, beradaptasi, dan menjadi kreatif sehingga tidak terjebak dalam situasi yang berubah. Siapa pun boleh memiliki mimpi besar untuk menggapai hal besar, yang terpenting harus terus berkembang dan fokus pada tujuan.