Budi Frensidy: Euforia Saham Bank Digital, Bank Aladin Tertinggi

0

Euforia Saham Bank Digital, Bank Aladin Tertinggi

 

JAKARTA – (16/6/2021) Harga saham PT Bank Aladin Syariah Tbk (BANK) melesat 2.802% selama periode akhir 2020 hingga 15 Juni 2021 (year to date/ytd) atau naik paling tinggi dibandingkan saham-saham bank digital lainnya maupun yang tengah memproses izin bank digital. Setelah Bank Aladin, yaitu saham PT Bank MNC Internasional Tbk (BABP) yang harganya melonjak 600%.

Pada penutupan perdagangan di BEI, Selasa (15/6), harga saham Bank Aladin bertengger di posisi Rp 2.990. Sebelumnya, harga saham bank syariah hasil pemisahan diri dari PT Bank Maybank Indonesia Tbk (BNII) itu hanya mencapai Rp 103 pada akhir 2020.

Bank Aladin sempat dikabarkan bakal diakuisisi oleh PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT), pengelola Alfamart. Namun, Alfaria menepis isu tersebut dan mengonfirmasi bahwa kerja sama dengan Bank Aladin sebatas bisnis secara umum.

Sementara itu, Bank MNC yang baru mengantongi izin bank digital juga mencetak kenaikan harga saham yang signifikan ke posisi Rp 350. Padahal, per akhir 2020, saham bank milik Hary Tanoesoedibjo ini mentok di harga Rp 50.

Selanjutnya, saham PT Bank Harda Internasional Tbk (BBHI) yang sudah berganti nama menjadi PT Allo Bank Indonesia Tbk, juga membukukan kenaikan harga fantastis hingga 328,1%. Pada akhir 2020, harga saham Bank Allo hanya mencapai Rp 424. Lalu, kini meningkat menjadi Rp 1.815.

Sebelumnya, Chairul Tanjung melalui PT Mega Corpora mengakuisisi Bank Allo lewat aksi penambahan modal dengan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) atau rights issue. Melalui rights issue, Bank Allo menerima dana sebesar Rp 749,85 miliar dan Mega Corpora menguasai 73,71% saham bank tersebut.

Di luar 3 bank itu, ada PT Bank Jago Tbk (ARTO) yang juga membukukan peningkatan harga saham hingga ratusan persen, yakni mencapai 200,6%. Selain Bank Jago, terdapat 6 bank lain yang juga mencetak peningkatan harga saham karena sentimen euforia bank digital. Peningkatan harga tersebut bervariasi dari 5,8% seperti yang dicetak oleh saham PT BRI Agroniaga Tbk (AGRO) hingga 79,2% oleh saham PT Bank QNB Indonesia Tbk (BKSW).

Pengamat Pasar Modal dari Universitas Indonesia Budi Frensidy menjelaskan, peningkatan harga saham bank digital disebabkan oleh banyaknya investor ritel yang latah membeli saham tersebut (herding). Euforia ini seharusnya tidak berlangsung lama, namun belum bisa dipastikan waktunya.

“Yang bisa dikatakan, potensi kenaikan atau keuntungan menjadi semakin terbatas jika seseorang membelinya pada harga tinggi,” jelas dia kepada Investor Daily, Selasa (15/6).

Dalam jangka panjang, menurut Budi, harga saham ini akan konvergen ke nilai wajarnya. Karenanya, harga saham yang berada di atas nilai wajarnya akan terkoreksi. Namun, Budi tidak bisa memastikan berapa lama hal tersebut akan terjadi.

Secara terpisah, Equity Analyst PT Phillip Sekuritas Indonesia Dustin Dana Pramitha menjelaskan, kenaikan harga saham bank digital merupakan sentimen sesaat. Pasalnya, bank digital ini sedang digandrungi oleh masyarakat karena adanya fiturfitur yang memberikan kemudahan masyarakat dalam bertransaksi.

Kendati demikian, investor perlu melihat keseriusan perbankan dalam mengembangkan fitur tersebut. Ditambah pula, beberapa belum menjelaskan, secara detail mengenai rencana setelah dinobatkan menjadi bank digital.

“Sehingga banyaknya bank yang harganya menguat karena isu bank digital perlu disaring lagi oleh para trader agar tidak termakan isu yang salah, sehingga nantinya bisa merugikan diri sendiri,” ujar dia.

Sementara itu, analis senior CSA Research Institute Reza Priyambada mengungkapkan, kenaikan harga saham bank digital merupakan reaksi berlebihan dari para pelaku pasar terhadap kata digital yang ditempatkan bank tersebut. Hal ini ditopang pula oleh perubahan zaman akibat perkembangan teknologi.

 

Sumber: Koran Investor Daily. Edisi: Rabu, 16 Juni 2021. Halaman 15.