Ari Kuncoro di Webinar Samuel Sekuritas Indonesia, “Normalization of COVID-19 Support Measures”

0

Ari Kuncoro di Webinar Samuel Sekuritas Indonesia, “Normalization of COVID-19 Support Measures”

 

DEPOK – (9/12/2021) Rektor Universitas Indonesia, Prof. Ari Kuncoro, Ph.D., menjadi pembicara dalam webinar Samuel Sekuritas Indonesia, dengan topik “Dive Deep with The Experts: Economic Trends and Issues 2022” dengan moderator Prof. Dr. Budi Frensidy, Guru Besar FEB UI, pada Kamis (9/12).

Prof. Ari mempresentasikan mengenai “Normalization of COVID-19 Support Measures”. Prof. Ari menjelaskan pada tahun 1977 Kydland dan Prescott, pemenang Nobel Ekonomi 2004, memperkenalkan konsep Time Inconsistency. Suatu kebijakan yang dianggap optimal pada masa lalu belum tentu optimal saat ini, dan yang optimal saat ini belum tentu demikian untuk masa yang akan datang.

Untuk menjaga interaksi antara sisi permintaan dan produksi pada saat pandemi, Indonesia melakukan beberapa kebijakan extraordinary, di antaranya pelebaran defisit anggaran, burden sharing dengan BI, dan restrukturisasi kredit oleh OJK. Selain itu, menjaga pasar tenaga kerja dan sektor informal terdapat kebijakan yaitu Kartu Prakerja, bansos, dan bansos produktif.

Sebagai jangkar mewakili kondisi terminal (boundary condition), defisit ditargetkan kembali ke 3 persen dari PDB pada 2023. Sebagai sinyal, kondisi terminal ini cukup kredibel. Ini terlihat dari perkembangan kurs rupiah yang mengandung komponen ekspektasi ke depan karena arus modal portepel masih cukup besar dalam neraca pembayaran Indonesia. Saat awal pandemi, kurs rupiah sempat mengalami over shooting ke sekitar Rp16.700 per dollar AS. Namun, sinyal dari kebijakan mitigasi pandemi dengan jangkar APBN membawa rupiah berangsur-angsur menguat, kini ada di kisaran Rp14.300 per dollar AS. Inflasi tahunan Oktober 1,66 persen meski ada imported inflation dari sistem pasokan dunia.

Sementara itu, kebijakan PPKM berhasil menggiring indikator kesehatan dan ekonomi ke jalur pemulihan. Purchasing managers index (PMI) dan indeks keyakinan konsumen (IKK) dari BI sudah memasuki zona ekspansi atau optimistis.

Munculnya varian Omicron membuat segalanya jadi lebih kompleks. PPKM sebagai pengendali mobilitas mungkin akan diperketat berdasarkan diskresi tentang potensi penularan. Pertumbuhan PDB 3,51 persen pada triwulan III-2021 mengisyaratkan kebijakan normalisasi akan lebih bergeser kearah diskresi pilihan waktu yang optimal. Namun, kondisi terminal defisit anggaran kembali ke 3 persen dari PDB diperkirakan akan dipertahankan untuk menuntun variabel-variabel ekspektasi terpenting ke arah kestabilan.

Menurut Prof. Ari, salah satu prospek penting bagi perekonomian adalah presidensi G-20. Selain efek daya ungkit langsungnya, kegiatan ini memperkenalkan kembali Indonesia ke rantai pasokan dunia yang saat ini sedang mati suri. Hal ini memberikan penyangga ekstra ketika program-program pendukung mitigasi pandemi secara bertahap akan dinormalisasi nantinya. Dengan penanganannya atas pandemi, Indonesia merupakan salah satu alternatif produsen yang ada, sementara negara-negara lain dalam sistem rantai pasokan dunia masih berhibernasi.

“Perubahan filosofi ke arah sufficient economy, seperti bekerja dari rumah, juga merupakan peluang bagi UMKM. Peluang meningkatkan daya ungkit jangka panjang dalam negeri dari presidensi G-20 adalah membuatnya sebagai ajang promosi dan networking bagi produk-produk Indonesia, kerja sama riset kesehatan inklusif, digitalisasi, dan transisi energi. Semuanya dapat mempermulus transisi menuju normalisasi kebijakan,” demikian Prof. Ari menutup sesinya.