LM FEB UI, BRIDGE Webinar Series: Mismanagement Prevention-Beyond Investigative Audit
DEPOK – (8/12/2021) Ketua Asosiasi Auditor Forensik Indonesia Bambang Utoyo menjadi narasumber dalam LM FEB UI, BRIDGE Webinar Series, bertajuk “Mismanagement Prevention-Beyond Investigative Audit” dengan moderator CEO Crowe Indonesia/Senior Associate LM FEB UI Munir M. Ali, pada Rabu (8/12).
Belakangan ini, banyak terungkap kepada publik berbagai bentuk mismanagement perusahaan-perusahaan besar yang meningkatkan kekhawatiran masyarakat termasuk para pelaku bisnis. Praktek mismanagement tersebut seringkali mengungkapkan kelemahan pengendalian dari para pemangku kepentingan.
Bambang Utoyo menjelaskan kasus yang menimpa Duta Graha Indah sebagai korporasi pertama yang diterapkan pasal tentang lanskap persepsi korupsi secara global tahun 2020. Selain itu, ia cukup efektif menekankan pasal-pasal yang berlaku mengenai fraud yang terjadi di Indonesia, termasuk bagaimana ketentua Mahkamah Agung dalam menilai kesalahan korporasi.
Sementara itu, kasus lainnya yang belakangan ini sangat hangat menimpa Jiwasraya dan Asabri tentunya masih menjadi rujukan atas tindak penyelewengan aset yang sangat influential terhadap pangsa pasar saham. Apalagi kedua perusahaan tebilang stabil selama lima tahun terakhir sebelum tahun 2018.
Bambang mengutip Howard Schilit, penulis Financial Shenanigans. Dalam bukunya, kata Bambang, shenanigan keuangan didefinisikan sebagai tindakan atau pengabaian yang dirancang untuk menyembunyikan, distorsi kinerja atau kondisi keuangan perusahaan.
Shenanigan keuangan pernah terjadi pada PT Garuda Indonesia pada 2018. Saat itu perseroan memasukkan perkiraan pendapatan 15 tahun ke depan pada pembukuan 2018 untuk mendapatkan laporan laba yang menarik. Alih-alih untung, Garuda justru kian terbebani.
Bambang, bilang rekayasa laporan keuangan justru akan menambah beban baru bagi perusahaan. Sebab, bila rekayasa itu ditujukan untuk mencatatkan laba, maka perusahaan harus menanggung beban biaya pajak, bonus, dan hal lainnya. Padahal realitanya perusahaan tersebut sama sekali tak memiliki laba.
Masih mengutip Howard, Bambang menyebutkan 8 alasan munculnya shenanigan keuangan, yakni faktor serakah; meningkatkan bonus terkait kinerja; faktor ketakutan dampak negatif laporan; membantu mempermudah pembiayaan; menghindari persepsi negatif pasar; membantu memenuhi persyaratan pinjaman; mudah dilakukan; dan tidak mudah terungkap.
Sedangkan perusahaan berpotensi melakukan shenanigans karena perusahaan lemah sistem pengendaliannya, tidak ada anggota direksi atau komisaris independen, auditor kurang independen, fungsi internal audit tidak berjalan baik; manajemen menghadapi tekanan kompetisi yang berat; manajemen diketahui atau dicurigai berkarakter meragukan; perusahaan kecil yang berkembang pesat; perusahaan yang baru go public; perusahaan non publik; dan perusahaan sudah tidak memiliki prospektif.
“Pada umumnya, sinyal-sinyal kecurangan pada laporan keuangan meliputi anomali akuntansi, pertumbuhan yang cepat, profit yang di luar kebiasaan, lemahnya pengendalian internal, dan manajemen eksekutif yang agresif,” demikian Bambang menutup sesinya.
Pantau terus seri-seri webinar LM FEB UI berikutnya melalui akun Instagram @lmfebui. Hubungi Yendra (+62 896-4747-3440 atau yendra@lmfebui.com) untuk informasi terkait seri webinar BRDIGE (BRIDGE Webinar Series).
Berita juga dimuat pada: https://mediaindonesia.com/ekonomi/452449/tiga-faktor-ini-jadi-penyebab-timbulnya-fraud-dalam-perusahaan