Kuliah Umum Magister Manajemen FEB UI, Business and Academic Writing: Why and How

Kuliah Umum Magister Manajemen FEB UI, Business and Academic Writing: Why and How

 

Rifdah Khalisha – Humas FEB UI

DEPOK – (27/5/2022) Magister Manajemen (MM) FEB UI mengadakan kuliah umum “Business and Academic Writing: Why and How” pada Jumat (27/5). Menghadirkan pembicara Dr. Jacky Mussry (Deputy Chief Executive Officer MarkPlus Institute) dan pemandu acara Mrs. Dr. Tengku Ezni Balqiah (Staf Pengajar MM FEB UI).

Pada dasarnya, academic writing atau penulisan akademik merupakan tulisan yang mengomunikasikan sesuatu, dapat berupa ide, informasi, dan penelitian. Jacky mengatakan, “Nantinya, tulisan ilmiah ini akan kita publikasi dalam jurnal atau buku akademik kepada sivitas akademika lebih luas. Jadi, menciptakan pengetahuan baru dan menyediakan sumber kutipan.”

“Sementara business writing atau penulisan bisnis adalah komunikasi bisnis tertulis dalam pengaturan profesional. Pada tulisan ini, kita perlu memahami tujuan dan target pembacanya agar mampu menyampaikan informasi secara tepat. Tulisan bisnis bersifat concise dan clear, cenderung berorientasi pada hasil,” imbuhnya.

Menurut Jacky, perlu ada konvergensi antara akademisi dan praktisi bisnis, “Keduanya butuh critical thinking dalam membangun argumen. Namun perbedaan singkatnya, penulisan akademik itu kompleks, sedangkan penulisan bisnis lebih simple atau sederhana sehingga mudah dicerna. Paling penting, memang harus memerhatikan targetnya.”

                               

Ia memaparkan aliran berpikir seorang akademisi dan praktisi bisnis bahwa mayoritas tulisannya bermula dari sebuah fenomena, mengamati situasi dan menangkap masalah terkini, terutama pada topik yang penyebab dan penjelasannya masih dipertanyakan.

Dalam pembuatan tulisan akademik harus memenuhi serangkaian persyaratan untuk menyatakan validitas dan reliabilitas laporan. Hal ini menyebabkan proses produksinya lebih memakan waktu. Meski demikian, sifatnya tidak kaku sehingga mudah beradaptasi dengan kondisi pasar yang kian berubah. Gaya penulisannya berbeda, tetapi tetap mempertahankan formalitas dan kutipan teoretis untuk merumuskan solusi.

“Berbeda dengan penulisan bisnis, kita lebih bergantung pada ketersediaan bukti mengenai sebuah fenomena. Tidak terlalu memerhatikan prosedur penulisan akademik, oleh karena itu, kita dapat menghasilkan tulisan bisnis berkualitas dalam waktu lebih singkat. Namun, lebih kaku dalam menghadapi pasar yang bergejolak,” ungkapnya.

Sebuah kombinasi ideal jika menggabungkan aliran berpikir dari akademisi dan praktisi bisnis dalam sebuah tulisan. Langkahnya, mulai dari mengembangkan argumen (premis) yang ingin dibuktikan, menyelidiki teori dan masalah di lapangan, menyusun solusi atas masalah, membuat rencana aksi, hingga menentukan kesimpulan beserta saran.

Akhir kata, setiap tulisan penting untuk pengembangan pengetahuan akademis dan empiris lebih lanjut. Penulisan akademis penting bagi mereka yang membutuhkan dukungan teoretis dalam pekerjaannya. Sedangkan penulisan bisnis penting bagi mereka yang membutuhkan lanskap praktis saat ini.

Intinya, setiap tulisan memiliki pembaca tersendiri. “Menulis itu menyenangkan, tetapi percuma jika pembaca tidak merasa senang saat membacanya,” tandas Jacky mengakhiri paparannya. (hs)