FEB UI Bekerja Sama dengan Infobank Gelar Literacy Roadshow, Visi Indonesia Emas 2045: Milenial Melek Keuangan, Cari Cuan dan Aman

FEB UI Bekerja Sama dengan Infobank Gelar Literacy Roadshow, Visi Indonesia Emas 2045: Milenial Melek Keuangan, Cari Cuan dan Aman

 

Rifdah Khalisha – Humas FEB UI

DEPOK – (6/9/2023) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI) bekerja sama dengan Infobank dan Otoritas Jasa Keuangan menggelar Literacy Roadshow bertajuk ‘Visi Indonesia Emas 2045: Milenial Melek Keuangan, Cari Cuan dan Aman’ di Auditorium Soeriaatmadja, Gedung Dekanat, Kampus FEB UI Depok, Rabu (6/9).

Acara menghadirkan pembicara Aman Santosa (Kepala Departemen Literasi, Inklusi Keuangan, dan Komunikasi Otoritas Jasa Keuangan), Dian Ayu Yustina (Head of Macroeconomics & Financial Market Research, Bank Mandiri), dan Ibrahim Kholilul Rohman (Dosen FEB UI). Selain itu, dihadiri lebih dari 200 mahasiswa FEB UI untuk mengedukasi pentingnya literasi dan inklusi mengenai berbagai produk dan jasa keuangan, termasuk fitur, manfaat, risiko, hak, dan kewajibannya. 

Chairman Infobank Media Group Eko B. Supriyanto memulai acara dengan opening speech. Ia mengutarakan, kini banyak pinjaman online (pinjol) memanfaatkan fenomena bonus demografi di Indonesia dengan menawarkan pinjaman dana kepada anak muda yang minim literasi keuangan untuk memenuhi kebutuhannya konsumtifnya, “Kita bisa bayangkan generasi milenial di Indonesia sebanyak 69 juta, generasi z sebanyak 70 juta.” 

Tak ayal, banyak anak muda yang memiliki skor kredit buruk dan tidak dapat mengajukan kredit di masa mendatang. Situasi ini bukan karena kesengajaan dari para anak muda, tetapi akibat ketidaktahuan bahwa meminjam dari pinjol ilegal memiliki resiko besar untuk jangka panjang.

Beranjak dari hal tersebut, Eko berpesan, “Pinjamlah untuk produktivitas, bukan untuk konsumtif. Apalagi, untuk konser. Itu berbahaya. Anak-anak muda ini akan menjadi malapetaka di 2045 kalau tidak dibereskan dan akan bertambah terus.”

Lalu, Dekan FEB UI Teguh Dartanto dalam welcoming speechnya memandang kaum milenial dan generasi z yang paling adaptif terhadap perkembangan zaman begitu dimanjakan dengan kemudahan akses sektor finansial, tak terkecuali pada tren penggunaan pay later untuk memenuhi berbagai kebutuhannya. Hanya dengan one click pada smartphonenya.

Meski proses pengajuan dan pencairan dananya begitu mudah, tetapi Teguh mengingatkan bahwa penggunaan paylater yang berlebihan bagaikan pisau bermata dua yang mampu membelit masalah finansial. Jadi, perlu sikap bijak dalam penggunaannya. Pasalnya, hal tersebut mungkin memberikan credit score buruk atau bahkan blacklist pada BI Checking yang kini populer dengan istilah Sistem Layanan Informasi Keuangan (SLIK).

Memasuki pemaparan talkshow, Aman mengungkapkan bahwa menjaga kedisiplinan hingga konsistensi gaya hidup hemat dan cerdas merupakan faktor keberhasilan dalam pengelolaan keuangan. Menurutnya, para milenial dan generasi Z perlu memahami literasi keuangan sehingga lebih mengedepankan kebutuhan daripada keinginan. Selain itu, penting mengenal produk dan layanan jasa keuangan untuk mengelola keuangannya hingga mekanisme perlindungan konsumen.

“Hidup hemat bukan berarti menekan pengeluaran sehingga tidak memerhatikan kualitas, tetapi mengatur pengeluaran sesuai kebutuhan dan seimbang dengan penghasilan,” pungkasnya.

Lebih lanjut, Dian menjelaskan ada beberapa tahapan bagi generasi muda menuju financial freedom atau kebebasan finansial, yakni mulai dari survival atau seluruh pendapatan untuk makanan atau pengeluaran pokok, menyisihkan pendapatan untuk menabung, hingga mengelola keuangan untuk investasi. Ia pun menyarankan berbagai produk investasi yang cocok dan relatif aman bagi kaum milenial, misalnya obligasi.

Instrumen investasi ini sifatnya pendapatan tetap, berbeda dengan investasi saham yang sangat bergantung pada fluktuasi harga saham atau mengikuti keadaan perekonomian Indonesia maupun global, “Kalau kita invest di saham, sahamnya jelek, perusahaannya jelek, sahamnya turun begitu kita ambil, uangnya hilang sebagian merugi. Tapi, kalau obligasi cenderung lebih aman.”

Selanjutnya, Ibrahim melihat tren investasi mata uang kripto atau cryptocurrency kian meningkat karena perilaku kalangan muda cenderung menyukai tantangan dan tidak takut mengambil risiko. Selain mencari pendapatan tambahan dari return kripto, bahkan kini ada pula anak muda yang berinvestasi hanya sekadar ikut tren belaka.

Ibrahim menuturkan, kripto menjadi salah satu instrumen investasi menguntungkan belakangan ini. Di Indonesia sendiri, perdagangan aset kripto kian meningkat dari tahun ke tahun. Meski demikian, investasi kripto tidak semudah yang dikira. Kaum muda tetap harus mengetahui supply dan demand

Pada dunia kripto, supply adalah jumlah token yang ada di blockchain, termasuk token yang tidak beredar di kalangan publik. Sementara itu, demand merupakan banyaknya jumlah permintaan atas token kripto. Jumlahnya dipengaruhi akan banyak hal, termasuk eksposur atau kepopuleran kripto.

“Kalau kaum muda bisa mendapatkan masukan dari supply dan demand, mereka pun bisa mengetahui bahwa kripto merupakan investasi berisiko, tapi jika pintar mengelola jelas akan menguntungkan,” tandasnya.

Terakhir, acara ditutup dengan workshopFinancial Planning for Financial Freedom’ yang diisi oleh Aqil Triyadi selaku Senior Analyst Panin Sekuritas. Ia memaparkan sejumlah kesalahan generasi muda dalam mengelola keuangan. Oleh karena itu, ia memberikan saran untuk memisahkan fungsi rekening tabungan agar pengelolaannya mudah.